Friday, July 18, 2008

Tengah Itu Lebih Baik

Fisika merupakan salah satu mata kuliah yang boleh dikatakan sebagai mata kuliah yang menyeramkan, bukan ada niatan untuk melebih-lebih kan sesuatu, tapi itulah gambaran ironi dari mata kuliah tersebut. Mengapa ? karena, setiap tahun mata kuliah ini selalu memakan korban yang selalu banyak dibanding dengan mata kuliah lainnya, bayangkan saja ada sebagian mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini sampai tiga kali berturut-turut dan ternyata dari ketiga nya itu selalu mendapat nilai yang mengenaskan, kami selaku mahasiswa STT PLN sering mengatakan sebagai hatrick…., wah….termasuk penulis sendiri (ups…ketahuan). Mata kuliah Fisika ini di kampus STT PLN khususnya jurusan Teknik Informatika dibagi menjadi 2 yaitu Fisika Dasar dan Fisika Listrik & Magnet. Dan dari kedua mata kuliah tersebut berbanding lurus dalam menciptakan korban-korban yang bergelatakan sehingga harus siap untuk bertempur di tahun-tahun berikutnya atau bertempur melalui jalur khusus (semester pendek). Tak seperti mata kuliah lainnya , jalur khususpun tak menjadi jaminan lolosnya tentara-tentara (mahasiswa) dalam audisi sebagai tentara siap tempur (lulus). Penulis sendiri sering mendengar cerita dari mulut ke mulut, sebuah cerita yang tak lagi asing di kampus bahwa pernah ada yang mengambil mata kuliah fisika ini di jalur khusus(SP) sekitar 5 orang , berita hebohnya….. ternyata kelima orang tersebut tidak lulus dengan grade yang sangat memprihatinkan yaitu E. Bak sebuah ranjau yang bila terinjak menciptakan ledakan yang cukup dahsyat. Membuat aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh mengalir dengan kencang dan terhenti dengan lambat, menciptakan suasana hati kacau balau ( uh…sory terlalu dramatisir kali yeee)…yah mungkin kurang lebihnya gambaran kisah Fisika ini seperti itu.

Siapa yang salah ? sebuah pertanyaan yang sulit di jawab dengan sekali duduk, dengan waktu sesaat, mungkin membutuhkan suatu survey, dan analisa kali ya…he2x sok kritis banget... Penulis melihat tidak ada pihak yang mesti disalahkan, karena menyalahkan hanya akan menghambat, setiap pihak memiliki tanggung jawab masing-masing, dimana mungkin letak kesalahan mahasiswa adalah kurang nya melihat kebelakang kegagalan sebelumnya sebagai pembelajaran untuk memperbaiki di tahun berikutnya, kebanyakan mahasiwa yang mengulang sudah memberi aliran sugesti yang negatif pada diri sendiri dimana Fisika adalah hal yang menyulitkan, sulit untuk belajar, betapa banyaknya rumus yang digunakan, sulit untuk lulus, poko’e fisika…oh…fisika…. Dan kesalahan yang penulis lihat dari tenaga pengajar (dosen) adalah kurangnya tim pengajar untuk melihat perkembangan mahasiswa, apakah mereka benar-benar paham atau tidak, dan kurang perhatiannya dosen, karena mungkin dosen merasa telah menyampaikan materi yang ia anggap dapat dipahami dengan mudah oleh mahasiswa ternyata mahasiswa sulit untuk memahaminya, dan kurang komunikatifnya dosen dengan mahasiswa.

Sebagai pembelajaran buat rekan-rekan, sebuah kisah penulis ketika penulis sampai tiga kali mengambil mata kuliah Fisika Dasar, pertama mengambil mata kuliah ini penulis mendapat nilai yang menyakitkan yaitu tak tanggung-tanggung langsung E, semua itu terjadi karena kurang minatnya penulis terhadap Fisika, sugesti awal yang buruk terhadap Fisika sebagai kelanjutan sugesti sewaktu SMA, kemudian paradigma yang salah karena awalnya penulis beranggapan dan selalu berpendapat dalam diri ngapain pusing-pusing belajar Fisika, toh…nantinya gak bakalan kepake sewaktu kerja, dari aliran-aliran dan arus negatif itulah yang membuat penulis malas untuk masuk perkuliahan Fisika, tidak pernah mengerjakan Pekerjaan Rumah yang ditugaskan, jarang memperhatikan, tidak senang dengan dosennya, inilah…itulah…

Tahun berikutnya penulis mengambil kembali mata kuliah Fisika dasar, dengan sugesti yang tidak separah sewaktu pertama mengambil, dengan niatan Fisika itu penting demi kelulusan, tapi kesalahan penulis adalah penulis masih belum memberikan aliran dan arus positif ke dalam diri penulis, penulis masih fokus pada menghilangkan sugesti buruk saja. Tanpa dibarengi dengan teknik belajar yang berbeda. Tak ayal nilai E pun kembali mencuat ke permukaan sebuah kertas KHS (kartu Hasil Studi), shock yang penulis rasakan berbanding terbalik dengan khayalan sebuah kelulusan. Akhirnya dengan berbagai perenungan kenapa sampai kesalahan ini terjadi kedua kalinya, penulis menemukan bahwa karena penulis tidak cinta dengan Fisika, akhirnya penulis mencari cinta-cinta penulis akan Fisika, penulis memberikan gambaran dalam diri penulis bahwa penulis pasti bisa lulus bahkan tak tanggung-tanggung penulis mentargetkan grade A sekaligus, Fisika itu mudah hanya tinggal rajin belajar saja, ikhlas dalam memperhatikan penjelasan dosen, semangat untuk berkuliah. Dan ternyata memang kekuatan sebuah mimpi, semangat, target, dan perbaikan itu berbuah manis, penulis berhasil mendapatkan nilai A. Wah….kebanggaan yang luar biasa bagi pribadi penulis sendiri.

Tapi ditahun berikutnya penulis mengambil mata kuliah Fisika Listrik dan Magnet, rasa sombong yang telah dihembuskan oleh syetan dalam diri penulis dan rasa menganggap sepele dan mudah sesuatu hal membuat penulis menjadi manusia yang rendah. Inilah satu pembelajaran lagi bahwa sikap over PD tidaklah baik sebaik yang kita pikirkan, karena aliran dari over PD ini bisa membuat kita hilang kendali, bahkan karena menganggap enteng sesuatu, berakibat pekerjaan yang kita kerjakan malah tidak optimal, karena yang terlebih dahulu kita pikirkan adalah hasil dengan keyakinan yang berlebihan bahwa hasil yang kita dapatkan pasti memuaskan, sehingga berakibat pada mengesampingkan proses yang dilalui. Sehingga hanya nilai C yang mangkal di KHS.

Tengah itu lebih baik……itulah pelajaran yang dapat penulis petik dari segelintir kisah hidup penulis. Kenapa? Karena dengan kita memposisikan diri kita berada di tengah, kita terhindar dari, pertama sikap under PD (pesimistis) karena sikap pesimistis hanya akan mengendurkan semangat, kalah sebelum berjuang, melihat kegagalan terlebih dahulu sebelum mencoba, puas dengan keadaan walaupun sebenarnya keadaan tersebut tidaklah kita inginkan, merasa tidak punya kelebihan dari orang lain, menjadi makhluk yang tidak bersyukur, karena telah diberikan potensi tetapi tidak pernah ingin untuk menggali atau ketika telah menggali tapi ketika ada batu penghalang berhenti untuk menggali. Selain itu terhindar pula dari budaya sikap yang over PD (terlalu percaya diri) karena sesuatu yang kadarnya berlebihan pasti tidak baik, misalkan saja orang terlalu banyak bicara pasti lama-lama akan dijauhi, orang yang terlalu banyak makan malah bikin sakit peyuuuut….., dan dengan terlalu percaya diri pun, kita sering meremehkan orang lain, merasa paling benar, dan kita tidak akan pernah bisa menambah ilmu dari orang lain karena energi dalam diri orang yang over tidak pernah ingin diajari, karena konsep orang yang under “gua ini pinter..masa…gua diajarin sama si anu…yang jelas-jelas kualitasnya beda ma gua”, satu prinsip yang penulis dapatkan dari buku-buku tentang pembelajaran diri adalah “be the beginner” dan jadilah lautan dimana lautan berada pada posisi yang lebih rendah dari sungai, muara, sehingga semua akan mengalir menuju lautan sekalipun dari segi posisi lebih rendah. Dengan selalu berusaha menempatkan diri untuk berada di Tengah, gagal tak membuat pantang untuk berhenti, berhasil tak membuat tinggi hati. Dengan berada ditengah nilai akhir bukanlah acuan utama, karena nilai proses adalah yang utama, percuma hasil begitu indah, tetapi tak bernilai di mata Tuhan karena telah kita kotori dengan pemberian bau-bauan ketidak jujuran, kepicikan, ketamakan, ke egoisan.

Wallahu A’lam bish-showaab.

Kritik dan sarannya : riosyam@telkom.net

1 comment:

Unknown said...

Fisika itu menyenangkan meski awalny memusingkan (?_?) hehe..
Ketidakmampuan seseorng dbentuk oleh pikirany sndri..Ketika org itu bpikir sy pasti bs! Mk pasti akan bs..
Dosen tdk slh..Cz tgntung pd mhsiswany n mw tdk mw tuk lulus hrz melalui mtkuliah yg brnama fisika..Mkny pasti bs!