Wednesday, July 30, 2008

Maafkan Aku Ibu

(Riosyam, cerpen)

Setiap sepertiga malam jauh sebelum adzan subuh berkumandang, ibunya telah terbangun dari tidurnya, sebuah rutinitas yang selalu ia jalani dengan tulus dan ikhlas. Tak lupa berdoa ketika jiwa ini kembali kepada jasad, Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk berwudhu. Setelah berwudhu ia selalu menyentuh wajah anaknya yang tertidur pulas dengan sapuan bekas air wudhunya tadi dengan seuntai doa lirih yang terucap di hati “semoga kau kelak menjadi anak yang sholeh, wahai anakku”, Kemudian ia melangkah ke sebuah ruangan kosong yang hanya berhiaskan lafadz-lafadz Kalamullah di beberapa sudut ruangan itu dan tergeletak beberapa sajadah, mukena dan Al-Qur’an, sebuah ruangan mungil yang khusus dirancang oleh almarhum suaminya yang telah pergi meninggalkannya 12 tahun yang lalu ketika putra semata wayangnya bernama Ramsyah berumur 5 tahun, ruangan yang selalu mengingatkannya kepada almarhum suaminya, karena diruangan itulah ia dan suaminya selalu merendahkan diri di hadapan Sang Maha Tinggi, ruangan yang dimana sang suami selalu melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, ruangan yang dimana ia dan suaminya menangis bersama, memohon ampun, bersujud, bersimpuh di hadapan-Nya.

Malam itu setelah menjalankan sholat malam dengan khusyuk, ia kembali teringat kenangan selama hidup dengan suami tercinta, ia teringat bagaimana perjuangan suaminya untuk membahagiakan dirinya, suami yang begitu penyabar, suami yang penyayang, suami yang menjadi pelita bagi dirinya, suami yang menjadi sahabat dalam bercerita, suami yang menjadi teman ketika tertawa dan bercanda, serangkai doapun ia panjatkan untuk suami yang telah menuju ke alam kubur.

“Ya Rabb…Ya Allah, tiada sedikitpun hal yang berlalu dari Mu, tiada sehelai daunpun yang Luput dari perhitungan-Mu, Yang Maha Mengetahui isi hati seluruh manuisa, Engkau lebih mengetahui selama masa hidup suami hamba, Engkau lah yang lebih mengetahui apakah ia manusia yang baik atau yang buruk, apakah ia suami yang bertanggung jawab atau tidak, apakah ia beriman dengan lurus atau tidak, Ya Rabb…..bukanlah hamba ingin menentangmu, bukanlah hamba yang hina ini berani membantahmu, bagi hamba ia adalah suami yang bertanggung jawab, ia berjuang menafkahi hamba dan puteranya dengan jalan yang halal, ia memberikan cinta yang dengan cinta itu hambamu yang kotor ini Ikhlas ketika Engkau memanggilnya, Ikhlas ketika tanah terakhir menutup jasadnya di liang lahat, tak ada sesuatu pun hal buruk yang ditinggalkan, jikalau ada sekalipun, hamba telah memaafkannya, Ampunilah ia , mudahkanlah ia ketika MalaikatMu menanyai nya, terangi lah kuburnya dengan cahaya MU”
Isak tangis yang selalu ia tumpahkan seusai sholat malam, ia yakin…karena waktu sepertiga malam adalah waktu yang dicintai oleh Allah, dan Allah lebih berkenan untuk mengabulkan doa-doa hambanya.

Ia pun teringat kembali kepada Putra sulung dan putra satu-satunya, yang malam itu masih tertidur pulas, ia teringat bagaimana ketika Ramsyah masih berumur 5 tahun telah ditinggal pergi oleh ayahnya, bagaimana perjuangannya membesarkan dan membiayai Ramsyah seorang diri hingga akhirnya kini ia berumur 17 tahun, sekarang Ramsyah telah menuju remaja, ia kini telah bersekolah kelas 3 di STM Jakarta Barat, sebentar lagi ia akan menamatkan sekolahnya, dan Ibunya berencana akan menguliahkan Ramsyah ke bidang Teknik karena hobi anaknya sewaktu kecil adalah mengotak-atik barang apapun, walaupun terkadang barang tersebut malah menjadi rusak. Sewaktu kecil Ramsyah sering menanyakan “Ibu…kenapa teman-teman amsyah yang lain punya Ayah…kok amsyah gak punya ya Bu…emang Ayah kemana Bu….amsyah juga pengen punya Ayah kayak teman-teman, Teman-teman sering cerita, katanya Ayahnya sering ngajak jalan-jalan, maen bola, kuda-kudaan…”, setiap kali ia mendengar perkataan dari anak yang masih polos dan begitu lugu, ia selalu berlinangan air mata, dengan mengusap air mata, ia selalu memikirkan apa jawaban yang cocok untuk anak yang belum mengerti ini, dengan hati tersayat ia selalu berusaha tabah dan sabar, ia hanya menjawab “Nak….Ayah pergi ke tempat yang jauh sekali, dan nanti suatu saat amsyah bisa kok ketemu sama Ayah asal amsyah jadi anak yang baik, anak yang sholeh, nanti amsyah bisa maen sama Ayah, maen bola, maen kuda-kudaan, pokoknya amsyah bisa jalan-jalan sama Ayah….”, Ramsyah pun menjawab “asyik…benar ya bu…amsyah janji amsyah akan jadi anak yang choleh bu….”.
Ia selalu mendoakan anaknya agar ia menjadi anak yang sholeh, anak yang berbakti, anak yang selalu mendoakan Ayahnya.

“Ya Allah..yang meniupkan ruh kedalam jasad, yang mengarunia buah hati kepada hamba, ampunilah hambamu, jikalau hamba tidak dapat mengurus titipan mu kepada hamba dengan baik, ampunilah hamba jikalau sedikit sekali hamba mengenalkannya dengan Diri-Mu ya Allah, Ya Allah ampunilah segala dosa yang diperbuat anakku, karuniakanlah rahmat, hidayah, kepadanya sehingga ia menjadi hambamu yang sholeh, hambamu yang memegang teguh tali AgamaMu.”

Tetapi ternyata Allah mengujinya , Ramsyah remaja tak seperti Ramsyah sewaktu kecil, dimana sekarang Ramsyah tumbuh menjadi pemuda yang nakal, sehari-hari yang ia lakukan di sekolah adalah selalu berkelahi dengan teman-teman sekolahnya, setiap kali ia pulang kerumah, dengan baju sobek dan muka penuh luka, dan selalu keesokan harinya Ibunya selalu dipanggil menghadap Wali kelas.
Sebagai seorang ibu, ia merasa terpanggil untuk menasehati, karena ia tak mau anaknya menjadi anak yang nakal, Ibunya selalu menasehatinya dengan penuh kesabaran, “Nak….ada apa toh nak…kok amsyah sekarang sering berkelahi dengan teman-teman amsyah….emang amsyah ada masalah….. cerita sama ibu ..siapa tahu ibu bisa bantu amsyah…bukannya amsyah selalu cerita kalo ada apa-apa sama ibu…kok sekarang amsyah ngomong aja jarang sama ibu….”, Dengan muka penuh murka dan raut wajah yang geram, Ramsyah hanya menjawab “sudahlah bu…amsyah capek…ibu gak usah sok tahu lah..pusing gua denger ibu ngomong mulu…..udah sakit-sakitan…dicermahin pula…, Ibu maunya apa sih…mau..! amsyah mati aja ….”. Ibu menjawab “maksud ibu bukan begitu amsyah….ibu tuh…gak mau anak ibu jadi anak yang nakal, karena ibu yakin anak ibu itu,,,orang yang baik…”, “Ah……bosan gua…..udahlah bu…jangan ganggu amsyah lagi, ibu urus aja pekerjaan ibu di dapur,….mau dibilang anak nakal, brandal….emangnye Gue Pikirin, terserah.!! .amsyah..ya…amsyah…, sudahlah amsyah mau ganti baju dulu….”, begitulah setiap kali Ibu menasehati nya Ramsyah selalu menjawab dengan rasa penuh tidak hormat kepada orang tua.
Saat ini setiap apa yang dilakukan oleh Ibunya Ramsyah selalu menggerutu, celotehan yang sinis selalu ia lontarkan kepada ibunya, setiap disuruh sholat “nak….bangun dah adzan subuh tuh…yuk bangun…berjamaah sama Ibu, kamu jadi imamnya”, dengan mata masih sengaja dipejamkan, Ramsyah menjawab dengan kasar “sudahlah bu….sholat aja sendiri..ngak usah ngajak-ngajak amsyah masuk surga….biarin amsyah mah neraka aja bu…biar Ibu puas gak pernah gangguin amsyah lagi” , Ya Allah nak “istighfar”, Ramsyah pun kembali tertidur dengan tidak ada sedikitpun perasaan bersalah kepada seorang Ibu yang begitu tulus menyayanginya, yang begitu tulus membimbing, mendidik, tetapi apa daya harapan Ibu tak sebanding dengan apa yang diberikan oleh Ramsyah. Dengan linangan air mata ia berdoa dalam setiap sujud nya “Ya…Allah ampunilah anakku….”.

Tetapi semakin hari, kelakuan Ramsyah semakin tak karuan, ia habiskan hari-hari dengan nongkrong bersama teman-teman satu genk nya, merokok, ngobrol, tertawa. Sudah lama ia tidak pernah bercanda dengan ibunya, kini Ibu nya bagai musuh dalam kandangnya sendiri. Setiap melihat ibunya ia begitu benci, ia begitu sinis, terkadang ia sengaja melakukan perbuatan yang tak senonoh dihadapan Ibunya, seperti sengaja merokok di hadapan ibunya, kebut-kebutan dengan teman-temannya melewati depan rumah,. Telah begitu banyaknya, sampai tak terhitung tanpa lelah, dengan selalu penuh kesabaran, Ibu selalu menasehatinya, tetapi tak satupun di gubris oleh Ramsyah. Ramsyah semakin asyik berlarut dengan dunia kenakalannya. Berkelahi, merokok, nongkrong, bergadang, kebut-kebutan, itulah kehidupan sehari-hari Ramsyah dalam masa remajanya. Ia telah terjerumus dalam lubang dimana banyak sekali anak-anak pada jaman ini terjerumus kedalam lubang yang sama seperti yang dialami oleh Ramsyah. Tanpa Lelah ibu selalu berdoa, entah berapa banyaknya tangisan yang keluar dari matanya, tapi Ibu tak pernah lelah, Ibu selalu yakin suatu saat anaknya akan menjadi anak yang baik. Ibu teringat akan kisah Nabi……. yang tetap bersabar berdoa untuk mendapatkan seorang Putera dikala umurnya dan umur istri nya yang tidak lagi Produktif, tetapi karena kesabaran, keyakinannya itulah Nabi ….dikarunia seorang putera oleh Allah swt. Ibunya percaya dan yakin dengan hal itu, Ibunya yakin anaknya akan menjadi anak yang sholeh, anak yang baik, anak yang memegang teguh tali agama Allah.

Pagi itu, seperti hari-hari biasanya, ibu selalu memasak untuk sarapan Ramsyah sebelum berangkat kesekolah. Hari itu Ibu memasak masakan kesukaan Ramsyah yaitu dendeng balado dan gulai tempe, seperti biasa pula Ramsyah baru akan terbangun benar-benar ketika waktu masuk sekolah sudah benar-benar dekat, padahal dari subuh Ibunya selalu berusaha untuk membangunkannya, tetapi Ramsyah tak sedikit pun tergerak untuk membuka pejaman matanya. Pagi itu setelah semua pekerjaan rumah selesai, memasak masakan kesukaan Ramsyah pun selesai dan ibu kemudian menghidangkan masakan di meja makan. Hari itu Ibunya berniat akan mengunjungi nenek Ramsyah yang sudah lama tak dikunjungi dengan membawa beberapa oleh-oleh dan masakan dendeng dan gulai tempe. Dengan pakaian yang rapi, dengan mengenakan kerudung warna hijau nan tergerai menutupi sebagian tubuhnya itu, setelah selesai berbenah barang bawaan, Ibu belum mendapati Ramsyah terbangun dari tidurnya, lalu ibu pun menghampiri ke kamar Ramsyah, dimana tertempel foto-foto seorang pria berwajah kusam dengan sebatang rokok di tangannya dengan rambut yang seperti tidak disisir beberapa tahun, kusam, dan kasar, dibawah foster itu tertulis “Rasta Mania”. Ibu bersusah payah membangunkan Ramsyah, akhirnya dengan terpaksa dan muka yang sinis, ia terbangun juga. “nak….ayo..langsung mandi…udah jam tujuh lewat tuh….entar amsyah terlambat….entar abis mandi…jangan lupa sarapan yah itu ada dendeng dan gulai tempe kesukaanmu….Hari ini ibu mau berkunjung kerumah Nenek….”, “iya…iya….bawel banget sih….pergi aja sana…”, cetus Ramsyah kepada Ibunya.

Tapi tak seperti biasanya, hari itu Ibu meninggalkan secarik kertas yang telah ditulisnya, dan diletakkan di meja mekan, supaya sewaktu Ramsyah sarapan, ia membaca tulisan itu. Setelah selesai mandi dengan terburu-buru, ramsyah langsung mengenakan pakaian sekolah yang tadi malam telah disiapkan oleh Ibu dengan aroma yang begitu harum,tidak seperti biasanya. Tak sempat sarapan, karena ramsyah telah terlambat setengah jam, dan Ibu telah pergi juga kerumah nenek. Gerutu dalam hatinya, sambil jalan tergesa-gesa “akhirnya hari ini gua bebas…ibu pergi kerumah nenek…”.
Ternyata selama beberapa hari Ramsyah telah merencanakan bahwa ia dan genk teman-teman sekolah nya akan menyerang STM Negeri 4 yang berada tidak jauh dari sekolahnya tepatnya penyerangan itu akan dilakukan hari ini, disebabkan karena ada salah seorang temannya yang dipalak dan dipukulli oleh anak Genk sekolah itu. Teman-teman yang sudah menunggu nya di persimpangan jalan, dengan membawa berbagai alat, seperti pentongan yang dimasukkan kedalam tas. Ketika ia telah sampai dengan gerombolan teman-temannya, salah seorang temannya berkata “gimana neh…udah siap belum..”,”so pasti siap..haajaaaar..” seru semua teman yang lain. Mereka sebanyak kurang lebih 30 orang, berjalan menuju sekolah yang akan diserang, dan ternyata anak-anak genk Sekolah STM N 4, telah mengetahui rencana penyerangan ini, sehingga mereka pun telah mempersiapkan diri, dengan berbagai persenjataan. Akhirnya ketika sekian lama menunggu, bel istirahat pun berbunyi dan segerombolan siswa, dan anehnya hanya gerombolan laki-laki saja, “sial…mereka sudah pada tahu…”, “ayo serang…”, teriak ketua pemimpin dari kedua kubu genk tersebut, tak ayal dalam waktu singkat berhamburan siswa-siswa yang masih menggunakan serangam itu sehingga terjadi keributan, perkelahian, saling tinju, saling tendang, saling lempar batu, ketika perseteruan semakin sengit, Ramsyah tersontak diam ketika melihat salah seorang siswa dari genk sekolah musuhnya mengeluarkan sebuah pisau yang diselipkan di pinggangnya, pisau itu diangkatnya dengan penuh murka dan hendak ia tusukan ke perut teman dekatnya ramsyah, ketika siswa itu melayangkan pisau tersebut terlihat olehnya seorang Ibu berlari kearah itu dan…………..”sebuah tusukan pun terhunus kedalam perut seorang ibu yang berusaha menghalangi seorang siswa yang akan tertusuk”, seorang ibu tersebut pun terkapar dengan bersimbah darah tak sadarkan diri, temannya itu berteriak…..”IBUUUUU”, dan ternyata wanita tua yang melindunginya tadi adalah ibunya.

Ramsyah pun terdiam, semua siswa lari terbirit-birit, tinggallah di tempat itu hanya ramsyah, sang ibu yang terkapar dan seorang anak yang menangisi ibunya, para guru pun berhamburan keluar mendengarkan teriakan dari siswa tersebut. Ramsyah pun berlari dengan sekencang-kencang nya, setelah dirasa ia sudah cukup jauh berlari, ramsyah terduduk capai dan lelah dibawah sebuah pohon nan rindang, spontan ia teringat akan ibunya, ia teringat bagaimana begitu sayangnya ibunya kepadanya, ia teringat bagaimana ibunya seorang diri membesarkannya, ibu yang selalu berada disampingnya, yang selalu mendidiknya dengan sabar, yang selalu mengajaknya bermain, yang menghiburnya ketika ia sedih, yang selalu mendoakannya, yang sabar dan tabah dengan perilaku buruknya, yang tak pernah mengeluarkan kata sumpah serapah, Tak sadar air mata Ramsyah pun bercucuran dengan deras, seketika pun ia berdiri, ia rindu kepada ibunya, ia ingin saat ini ia ada dalam pelukan ibunya, ia berlari kencang pulang menuju rumah dengan sejuta rasa rindu yang berkecamuk.

Sesampainya didepan rumah, ia tersentak melihat kerumunan orang, dan bendera kuning yang dikibarkan, Ramsyah berusaha melangkah ke depan pintu dengan tubuh tergopoh…sang nenek pun datang memeluk Ramsyah dengan erat,,,,”cucuku….sabar ya, ikhlas ya, Ibu sudah pergi untuk selamanya… “, ternyata sang ibu telah pergi untuk selamanya, kejadiannya ketika sang ibu menyebrang jalan, sebuah truk menabrak ibunya. Bahkan ramsyah pun tak sempat melihat pemakaman ibunya, karena ibu nya langsung dikuburkan karena jasadnya sungguh mengenaskan. Ramsyah pun terjatuh, kaki lunglai tak bertenaga, badannya terasa hancur, ia menangis sejadi-jadinya, ia menyesal dengan penyesalan yang amat terasa sangat, kemudian ia berlari kedalam rumah, ia menuju meja makan, dan di tumpahkannya lah seluruh makanan yang ada di meja makan itu, karena kekesalannya kepada dirinya sendiri. Dan ia melihat secarik kertas yang tertulis “Nak…..hari ini ibu masak, masakan kesukaanmu…dendeng dan gulai tempe, jangan lupa dimakan ya nak, yang baik…..ibu pergi dulu, mungkin ibu pergi cukup lama….jangan lupa kalau ibu gak ada dirumah, jaga rumah baik-baik….jadi anak yang baik ya nak….”

Ramsyah pun berlari kencang, dengan air mata yang terus mengucur, dengan sejuta himpitan penyesalan di hati nya, dengan sejuta rindu, ia menuju kuburan ibunya, dengan bersujud dan menciumi tanah penutup jasad ibunya :
“ ibu….kenapa engkau pergi ketika anakmu menyesal, ketika anakmu berubah, ketika anakmu ini ingin berbakti…Ibu aku rindu dengan senyummu, aku rindu dengan belaianmu, aku rindu dengan kasih sayang mu, aku rindu dengan pelukanmu, aku rindu ibu…aku rindu…ibu…..
Ibu, ikhlaskah kau ketika kau pergi meninggalkan diriku dengan keadaan seperti ini, Ibu maafkan aku…ibu…maafkan aku, ibu apakah kau mendengar perkataan…ku ini, apakah kau memaafkan aku atas semua kesalahan dan kebodohan ku, ibu aku berjanji ibu..aku berjanji ibu…aku akan menjadi anak yang sholeh, aku akan menjadi anak yang berbakti, anak yang baik…tapi kembalilah ibu, bukankah ibu ingin melihat diriku menjadi anak yang baik……
Ibu, selamat jalan……Ibu, AKU SAYANG PADAMU…Ibu, maafkanlah anakmu ini ”

Semoga bermanfaat……

Kritik dan saran : riosyam@yahoo.com

Baca Selengkapnya »»

Perbuatan Yang Menyiksa

(Riosyam)

Apa itu perbuatan yang menyiksa ? mendengar, membaca kata-kata yang saya cetak tebal dan di garis bawahi akan sedikit terngiang di pikiran kita, bagaimana ngerinya tersiksa itu, mungkin sebagian kita ada yang berpikiran perbuatan menyiksa itu seperti memukul atau dipukul, menendang atau ditendang, menampar atau ditampar atau tertampar, mencambuk. atau yang lebih sadis adalah membunuh dengan cara perlahan-lahan. Sebagian lagi mungkin ada yang berpandangan bahwa menyiksa itu adalah suatu perbuatan yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan kepada seseorang atau kelompok orang dengan cara melakukan kekerasan ( sama aja kali )...he2…poko’e begitu aja lah.

Apapun arti menyiksa itu semua kembali kepada persepsi anda, karena setiap diri pasti memiliki persepsi yang berbeda dari kapasitas pengetahuan, sudut dalam melihat sesuatu kejadian. Tapi ! pernahkah kita sadar ternyata perbuatan yang menyiksa itu bukan saja karena perbuatan fisik loh….ternyata…ada satu perbuatan yang dapat menyiksa diri kita sendiri dan perbuatan tersebut pun pelakunya adalah ternyata diri kita sendiri. Ayo..ayo perbuatan apa itu….sebenarnya perbuatan ini sering kali kita lakukan tapi jarang sekali kita perhatikan, karena perbuatan ini begitu refleks dan spontan terjadi pada diri kita. Tetapi sebenarnya perbuatan ini bukanlah spontan terjadi, tetapi perbuatan ini terjadi karena ada niatan yang disengaja, entah niatan yang berasal dari kita sendiri, atau niatan yang timbul dari berbagai sebab yang menyebabkan niatan yang sebelumnya lurus berbelok dikendarai oleh syetan terlaknat. Itulah kepintaran dari makhluk yang diusir oleh Tuhan dari surga firdaus karena keangkuhan, kesombongan dan pembangkangan yang dilakukan, syetan begitu pintar, begitu halus, begitu lemah lembut memberikan bisikan-bisikan penyimpangan dengan kudung/bungkus yang menyilaukan. Sehingga banyak insan manusia yang tertipu atau sengaja ingin ditipu oleh syetan bin iblis bin dedemit binti kuntilanak bin pinajiseun…………..laknatullah.

Udah tahu belum perbuatan apa yang saya maksudkan…? Yup…anda benar perbuatan “PAMER”…hi2…pasti ada yang bertanya-tanya yah….kenapa perbuatan pamer itu sampai menyiksa, padahal pamer kan gak punya tangan untuk memukul, gak punya kaki tuk menendang “ ? “ . baik..saya akan melakukan konferensi Pers (emangnye artis), mengapa saya mengatakan bahwa Pamer itu adalah salah satu perbuatan yang pelaku, pencipta dan penderitanya adalah diri kita sendiri serta dalam kadar tertentu dapat berdampak terhadap orang lain adalah perbuatan yang menyiksa. Sekarang mari kita bayangkan kembali, melihat untain kehidupan yang telah kita lalui sebelumnya untuk mengambil hikmah yang tak sempat terpetik atau hari ini yang merupakan kehidupan yang sejatinya adalah milik kita karena besok atau masa yang akan datang belum tentu datang menghampiri kita, sekarang misalkan saya, anda, orang lain, kita, atau siapa saja pada suatu hari (derengdengdeng…), sedang berpakain necis, gaul, fungky, kreeen abiz, modis buanget, meching coy.. terkadang “boleh minjem dari orang lain”, dengan merasa bahwa kita telah berpakaian seperti itu di tambah dengan ada sebagian teman yang mengatakan…wah….baju lo keren banget…pasti beli di distro, spokat (sepatu) lo…gilaaa….mantap men, di tambah dengan pujian aksesoris lainnya yang melekat di sekujur tubuh kita dengan merek-merek berplat luar negeri. Dengan segala inputan yang terlahir dari pikiran kita sendiri dan dari mulut-mulut orang lain, masuk ke dalam telinga kita, menghinggap di dalam relung-relung pikiran kita, diolah sedemikian rupa, sehingga olahan tersebut akan menyentuh titik jiwa ke-pamer-an dalam diri kita.

Tak ayal berjalan menjadi PD bahkan Over PD, merasa menjadi pusat perhatian (kepedean kali ya), berbicara menjadi lancar, senyum bangga mudah untuk terumbar, berbicara dengan orang lain penuh semangat yang berlebih karena merasa PD berdekatan dengan orang lain, terkadang menunggu-nunggu orang lain menyinggung untuk memuji pakaian yang kita kenakkan. Tapi sampai batas tersebut mungkin kita masih nyaman walaupun sebenarnya tidak nyaman karena PD kita tergantung pada pakaian atau atribut luar kita, sehingga jikalau pakaian tidak sebagus atau sekeren yang kita or orang lain anggap norak maka tak ayal Minder bahkan over Minder perlahan tapi pasti menghinggap pada diri kita.

Tapi…ketika kita berdampingan, berhadapan, atau bertemu dengan orang lain yang ternyata wowww..gayanya lebih keren, orangnya lebih guanteng or lebih cantik n cute-cute. pakaian nya lebih bermerek lagi, poko’e dari ujung kaki sampai ujung kepala melekat semua atribut yang kata anak muda sekarang dibilang “gaul” and modis, tak ayal perlahan diri ini menciut menjadi kerucut yang berbentuk kusut,sembraut, kalang kabut (wah..lebaay). Bayangkan betapa tersiksanya orang yang terkena penyakit pamer terutama siksaan batin, punya handpone baru, cari-cari cara biar ketahuan sama orang lain bahwa kita punya hP baru, pura-pura nanyain nomor telepon coz alasannya hilang lah, kehapus lah, atau pura-pura ditelpon atau nelpon padahal Hp nya mati, pura-pura sms lah biar di tegur woiiii..”HP baru neh”… Misalkan lagi neh, punya motor baru, petantang-petenteng jalan-jalan tiap sore, pagi, malem, liuk sana liuk sini, ups…pas berpapasan ama moge (motor gede) yang lebih keren, langsut ciut, pas lihat motor yang lebih jadul adrenalin sombong naik kembali. Punya sepatu di simpan di hati bukan di kaki, sepatu gak ada gak enak body, gak PD lagi, Lemari penuh tas, padahal satu tas aja gak habis pakai beberapa hari,kecuali habis pakai langsung buang n beli lagi. Orang yang bertipe pamerisme ini biasanya cenderung melihat orang lain yang lebih dari dirinya baik dari segi fisik, pakaian, atau atribut lainnya dapat menimbulkan penyakit iri hati, bahkan sering menimbulkan under PD/over PD, tapi sebaliknya melihat orang yang berada pada level dibawahnya jiwa Over PD nya pun muncul ke permukaan. Orang pamerisme ini nilai diri, citra diri / kebanggaan dirinya terletak pada cover atau tampilan luar saja, apabila cover tidak ada atau tidak sesuai maka nilai diri pun akan menjadi turun padahal itu hanya nilai diri yang diciptakan oleh dirinya saja. Orang suka pamer memandang bahwa dirinya di pandang mulia, keren, pintar, gaul, dari pakaian yang di kenakkan. Sehingga dengan hilangnya atau tidak adanya semua itu tak ayal penciutan diri pun terjadi. Nyari pacar yang cantik/ganteng, buat dipamerin ma orang lain, eh…pas ada yang bilang bokin nye ganteng/cantik eh…dienye….kayak…dedemit….keselimpit…..kayak sandal jepit…biar cepet mateng pake karbit…(lebaaayy)..langsung minder. Itulah sedikit gambaran tipe-tipe or cirri-ciri orang yang terkena dan terjangkit virus yang namanya pamer, bahkan pada kadar yang telah terinfeksi maka virus pamer ini bisa menyebabkan hilangnya nilai diri(stress) akibat strain(tegangan) yang diciptakan oleh dirinya sendiri, karena virus ini akan memakan sebagian isi pikiran kita, dengan berjuta niatan untuk pamer.

Bagaimana mengatasinya ?, pertama kali yang harus dilakukan ketika anda merasa bahwa virus pamer mulai bergerak masuk kedalam ruang diri kita, adalah sadarlah, yakinkanlah kepada diri anda suatu ketetapan yang tidak bisa di ganggu gugat didunia ini adalah bahwa diatas langit masih ada langit, ketika kita telah merasa diri kita tampan/cantik dan ternyata masih banyak dilingkungan sekitar kita yang lebih dari diri kita, terimalah dengan ikhlas…karena ini adalah sebuah keseimbangan alam yang telah begitu adanya sejak dari dulu, bayangkan jikalau semua orang didunia ini cantik/tampan, maka niscaya kata tampan/cantik itu pun tidak ada, bayangkan jikalau semua orang didunia ini adalah orang kaya, apa yang terjadi anda bayangkan sendiri..!, mungkin uang tidaklah ada artinya lagi, bayangkan jika didunia ini semuanya adalah orang miskin, bayangkan jika hanya malam terjadi, bayangkan jika hanya siang yang selalu terjadi, bayangkanlah…maka kita akan menemukan bahwa didunia terdapat dua sisi keseimbangan, dimana mereka saling melengkapi, ada laki-laki dan wanita, ada siang dan malam, ada daratan dan lautan, ada baik dan buruk, ada miskin dan kaya. Ada langit dan bumi. Kemudian apa lagi yang mesti dilakukan, dibawah ini ada beberapa poin yang mungkin dapat membantu mengikis virus ini sampai ke akar-akarnya :

· Terimalah keadaan diri kita, entah fisik, harta, orang tua, jabatan, bagaimanapun keadaan kita saat ini, pada prinsipnya Tuhan tidak melihat semua itu, karena manusia yang paling mulia di Mata Tuhan adalah manusia yang paling bertakwa.

· Harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, ketampanan/kecantikan, bukanlah jaminan bahwa kita akan bahagia, karena kebahagian itu bukan dari benda, tapi kebahagian itu ada dalam hari kita. Bukankah Tuhan yang meniupkan rasa bahagia, bersyukurlah selalu. Sering kali kita mendapatkan orang yang berlebih harta, jabatan, malah membuat dirinya terpuruk dalam kesengsaraan.

· Ketika minder itu muncul, keluhan itu datang, meratapi nasib yang buruk, fisik yang tak sempurna, tapi renungkanlah kembali, Mata untuk melihat, Telinga yang kita mendengar seruan/panggilan, kalamullah, Mulut, Hati dimana kita merasakan kasih sayang, cinta, Kaki dimana kita sanggup untuk berjalan, Tangan, dan udara yang begitu nikmat terhirup dengan bebas. Jikalau kita menghitung nikmat Tuhan, niscaya kita tidak akan sanggup menghitungnya, sekalipun seluruh pohon didunia ini kita jadikan pena dan lautan kita jadikan tinta, takkan pernah dapat menulis nikmat Tuhan.

· Lepaskan lah dunia dari hatimu, dan biarlah dunia tergenggam dalam tangan mu, karena ketika dunia tidak mendekat tak ada risau dihati, ketika dunia tergenggam mudah untuk melepaskan (memberi), dan letakkan akhirat dihatimu.

· “pakaian nan indah nan sejati adalah iman, harta yang berharga adalah akhlak yang baik, jabatan yang paling mulia adalah taqwa.”

Baca Selengkapnya »»

Sunday, July 20, 2008

Hai Ukhti

Baca Selengkapnya »»

Friday, July 18, 2008

Bicaralah dengan Hati dan Mendengarlah Dengan Hati


Sering kali kita mendapatkan teman, kerabat, orang tua, dan orang lain yang berhadapan dengan kita sebagai lawan bicara kita berbicara dengan gaya yang beraneka ragam, dengan intonasi dan pengucapan yang berbeda, dengan lagam yang berbeda pula. Semua itu tak ayal disebabkan karena setiap insan manusia memiliki keunikan tersendiri sebagai manifestasi ke Maha Besaran Tuhan Pencipta seluruh jagad dan alam raya semesta. Tak dapat kita pungkiri ternyata setiap orang yang menjadi lawan bicara kita dalam berkomunikasi sebagai salah satu wujud fitrah dasar kita sebagai manusia lemah yang membutuhkan orang lain untuk berdampingan dalam hidup ini, terkadang pembicaraan mereka ada yang sedikitnya menyinggung perasaan dan hati kita, ada pula yang mengangkat sisi kebanggaan diri kita, bahkan ada pula yang sengaja atau tidak secara sengaja malah menjatuhkan diri kita. Terkadang hal yang paling menyebalkan bagi sebagian diri kita, ketika berhadapan dengan lawan bicara yang seisi pembicaraan dari prolog sampai penutup hanya berisi rangkaian cerita gambaran alur kehidupan pribadinya, entah tentang dirinya sendiri, kehebatan keluarganya, kekasih, prestasi-prestasinya, petualangan-petualangan dirinya, tanpa sedikit pun mempedulikan apa yang terjadi pada diri kita sebagai pendengar nya. Padahal pemberontakan dalam pembicaraan sering kali kita lakukan walaupun pemberontakan itu tidak kita wujudkan dengan lontaran-lontaran kata penolakan, tetapi dalam raut wajah yang malay, bosan, jenuh, dan sering kali kita hanya mengabaikan apa yang orang tersebut bicarakan, “masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan”.

Tapi pernahkah kita menyadari….bahwa hal tersebut pun sering kita lakukan, cobalah kita sedikit jujur dengan diri kita, ketika kita mendapati lawan bicara dalam berkomunikasi, sering kali kata-kata yang terlontar adalah “kalo gua sih” , jarang sekali “kalo elo gimana”, sedikit contoh, si fulan sebagai lawan bicara kita sedang asyik menceritakan kejadian ketika ia mendapatkan nilai ujian dengan grade B, betapa bangganya ia mendapatkan nilai B ketika teman-teman yang lain banyak yang tidak lulus, betapa bersemangat nya ia menggambarkan bagaimana perjuangan-perjuangan yang telah ia lalui sampai mendapat nilai B, tetapi kita atau siapa saja sebagai lawan bicaranya sering kali membalas seperti ini…., “wah….kalo gua belajar getol kayak elo gua juga bakalan dapat B juga kali, padahal gua Cuma belajar malemnya doang sebelum ujian, gua bisa dapet C, apalagi kalo gua belajar jauh-jauh hari kayak lo…”, si fulan sontak akan berontak “ahh….itu sih speak elo doangan…bilang aja lo gak mau ngalah…” coba kita bayangkan bagaimana perasaan orang yang mendengar perkataan tersebut, sehingga berakibat terjadi perseteruan yang akhirnya berujung saling menjatuhkan, dan mungkin lawan bicara kita akan merasa terpukul, dan bahkan bisa membuat hubungan kita dengan teman secara psikologi menjadi kurang harmonis. Alangkah baiknya ketika si Fulan menceritakan peristiwa nya tersebut, kita tanggapi dengan memberi penghargaan (bukan pujian penjilatan) yang tulus karena si Fulan memang telah bekerja keras, rajin belajar, sehingga ia mendapatkan nilai B, misalnya “wah….hebat lo lan, berarti usaha lo gak sia…sia…, kayaknya gua harus banyak belajar dari lo neh…” spontan Fulan pun kan merendahkan hatinya dengan memberikan jawaban “ahh…biasa aja....mungkin lo kurang belajar aja, makanya lo dapet C, karena gua yakin kalo lo lebih rajin belajar, nilai lo bisa lebih gede dari gua…”..wow indahnya pembicaraan yang seperti itu, dimana pembicaraan yang sederhana itu di dalamnya tersirat dan tersimpan makna-makna nasehat, penghargaan, pemakluman, semangat.

Ingatlah salah satu sifat dasar manusia adalah ingin nya rasa untuk dihargai, di perhatikan, diperdulikan, suatu sikap yang jujurlah bahwa anda,saya, kita membutuhkan sikap tersebut tetapi tidak untuk mengharapkan, biarlah orang lain sendiri yang mengatakan, karena ketika pengharapan telah tertaman dalam diri kita dan ternyata tak sejalan dengan realita sesungguhnya akan timbul suatu penyesalan.

Inilah satu kesadaran yang harus kita bangkitkan dalam diri kita, yaitu seringlah melihat dari sisi orang lain, mengapa ? karena sering kali kita menempatkan sesuatu berdasarkan kadar dan sisi diri kita saja, padahal belum tentu menurut kita baik, baik juga bagi orang lain. Cobalah ketika anda berbicara dengan lawan bicara anda, cari apa yang menyenangkan dari perkataan orang lain ketika berbicara dengan anda, dan cari perihal apa yang kurang berkenan di hati kita, jangan lah anda…ketika anda tidak senang orang lain terlalu berlebihan membanggakan dirinya, anda pun ternyata…..serupa dengan dia, dimana kecenderungan anda dalam berbicara pun adalah membicarakan diri anda secara berlebihan. Bukan berarti pula anda hanya menjadi sebuah patung yang mendengar tanpa ada sedikit pun respon dari mulut anda. Jadilah pembicara yang baik dengan banyak mendengar (aktif), berusahalah untuk selalu menjadi orang yang menyenangkan ketika berbicara, orang yang ketika setelah anda berbicara dengan lawan bicara anda ada hal yang berkesan untuk mereka, karena anda menghargai mereka, anda peduli dengan mereka, dan anda bukan penjilat busuk bagi mereka, tapi anda adalah orang yang ketika hitam mengatakan hitam dengan niat, cara yang baik dan ketika putih mengatakan putih dengan lurus dan tulus tanpa kata berlebihan. Jadilah anda ketika anda tidak berada disisinya masih terngiang raut-raut kebaikan anda, tebarkanlah kebaikan dimana pun anda berada, berusahalah untuk selalu meninggalkan jejak kebaikan anda dimana pun anda berada, dengan siapun anda berbicara, karena mungkin anda tidak akan bertemu kembali dengan orang-orang yang anda kenal, ketika kesalahan terjadi, penyesalan tidak lah menjadi akhir.

Belajar terus…..karena hidup didunia ini tidak lah sendiri, kita akan selalu berdampingan dengan manusia lainnya, sebelum jatah nafas terakhir kita didunia ini. Cari lah ilmu dalam bergaul , karena pergaulan lah yang menciptakan nilai dan citra diri kita.

Wallahu A’lam bish-showaab.

Kritik dan sarannya : riosyam@telkom.net

Baca Selengkapnya »»

Jilbab Nan Indah

Selama ini mungkin masih ada sebagian wanita Muslim yang belum paham “apa benar memakai hijab/jilbab/kerudung itu wajib hukumnya…?” ini masih bisa kita maklumkan karena mungkin belum sampainya syari’at tersebut kedalam ruang dirinya, tapi mungkin ada juga sebagian muslimah lainnya yang paham dan tahu hukum syari’at yang mewajibkan menutup aurat dan bagian tubuh mana saja yang hanya boleh diperlihatkan tetapi entah alasan apa -yah…hanya hati Ukhti sendiri yang tahu – yang membuat mereka (muslimah) enggan menghulurkan tudung hingga menutupi bagian tubuh.

Padahal Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab yat 59 : Hendaklah mereka (muslimah) menghulurkan tudung keseluruh tubuh meraka (muslimah) ,supaya mereka mudah dikenali orang, karena itu mereka tidak diganggu

Jelas sekali dalam firman Allah tersebut, wanita di perintahkan untuk menutup aurat dengan menghulurkan tudung (jilbab). Tujuannya bukan untuk menghalangi wanita untuk tampil cantik –sebagaimana yang di idam-idamkan wanita di jaman ini – tetapi supaya mereka mudah untuk dikenali dan menjadikan ciri khas dari wanita. Coba kita lihat dan perhatikan di jaman sekarang bagaimana kita lihat wanita-wanita banyak yang berpakain ala laki-laki, dengan jelana jeans yang ketat, baju yang ketat, potongan rambut yang serba wah dengan penuh model dan sejuta warna.”celana pensil” hi…hi…mungkin inilah model celana yang sedang top di kalangan anak muda saat ini, baik laki-laki maupun wanita, dimana sedikit sulit membedakan mana yang kutub utara (laki-laki) dan mana yang kutub selatan (wanita). Apakah alasan kaum Hawa di jaman ini yang merasa jilbab/hijab membatasi ruang gerak mereka untuk tampil anggun, cantik, tampil beda, elegan, dan variant-variant lainnya (“apaan tuh….(*_‘)..”) memang sebuah tanda Tanya besar (“ ? ”).

Memang banyak argument yang di lontarkan oleh Kaum Hawa yang mengatakan “Jilbab itu kan Cuma tampilan luar, yang penting kan hatinya dulu di jilbab-in..hi..hi lucu juga yah, kalo hati dipakein jilbab, Gimana caranya yah..,” , ada lagi yang beragumen sedikit berbeda kata dan pengucapan tapi bermakna sama Banyak…koq..wanita berjilbab, ternyata tingkah laku nya busuk, wanita tersebut hanya bersembunyi di balik kerudungnya hanya untuk menutupi aib-aib dirinya” . atau yang ini “walau pakaen serba ketat dan serba keterbasan bahan, yang penting kan hatinya longgar, kebaikan yang ditebar tak terbatas” atau yang ini – ni “buat apa jika yang longgar hanya pakaian tapi ternyata hatinya sempit penuh kedengkian, buat apa kerudung tergurai tetapi sifat nya terikat kesombongan”.

Argumen-argumen itu tak bisa sepenuhnya kita anggap salah karena mungkin memang ada bukti real di lapangan dan tak sepenuhnya pula bisa kita anggap benar karena masih banyak wanita berkerudung dengan kemulian akhlaknya, semua itu kembali kepada keyakinan kita masing-masing karena tidak ada paksaan dalam berkeyakinan. Ups….Mungkin para ukhti or Akhi yang sedang membaca tulisan ini punya Argumen masing-masing… di tulis di hati aja yah….

Sekarang kita coba buka mata hati kita, kita jernihkan pikiran kita, mungkin selama ini kita banyak menutupi hati kita dengan debu dan noda dosa, sehingga cahaya Furqan tertutup oleh hijab-hijab hitam. Memang Kerudung/hijab bukan jaminan utama wanita tersebut berakhlak mulia, bertutur kata sopan, atau mencerminkan wanita baik. Tapi coba kita renungkan kembali…… apakah lantas membuat suatu ketetapan bahwa jilbab bukanlah suatu keharusan diakibatkan banyaknya wanita berkerudung tak mencerminkan keselarasan dengan kerudung yang di kenakkan. Apakah pantas kita sebagai makhluk yang diciptakan membahtah dan ber-argumen untuk suatu alasan kenapa tidak memakai jilbab sehingga kita mengabaikan perintah-Nya sebagai pencipta manusia yang termaktub jelas dalam AL-Qur’an. Ingatlah….untuk selalu kita ingat, bahwa Allah Maha Tahu dan Maha Benar dengan segala Firman-Nya, yakinlah dan memang benarlah adanya semua yang Allah Firmankan dalam kitab Suci adalah untuk semata-mata kebaikan manusia. Jadi larangan membuka aurat, jangan sampai kita makhluk yang Super lemah ini beranggapan berarti Allah membatasi ruang gerak kita, dan mengekang kebebasan kita. TIDAK….sekali-kali…TIDAK… dan Tidak, semua alunan firman nan suci yang termaktub di dalam Al-Qur’an itu pasti tersimpan sejuta kebaikan yang kita sebagai manusia tak mampu dan takkan pernah mampu mencapai pengetahuan-Nya yang Maha Luas…”Subhanallah”..

Mari kita ambil sebuah analogi “seorang ibu yang mempunyai anak yang lahir dari Rahim nya sendiri akan tahu apa yang baik dan apa yang buruk untuk anaknya. Kita semua walaupun kita belum punya anak tapi kita mengalami proses dimana kita dalam keadaan bayi itu, setipa kita tahu seorang bayi/balita “tidak tahu” apa yang ia lakukan itu berbahaya atau tidak. Tapi ibu yang melahirkannya lebih tahu apa yang berbahaya untuk bayinya dan apa yang tidak. Sang balita/bayi tidak tahu kalau ia memakan makanan yang kotor itu bakal membahayakan kesehatan dirinya, karena ketidak tahuannya ia akan tetap memakan sekalipun sampah, tapi apa mungkin sebagai seorang ibu yang mempunyai Hati dan rasa yang penuh sayang dan cinta akan membiarkan Si bayi memakan begitu saja makanan sampah/kotor tersebut, tapi terkadang si bayi menangis menolak perintah ibunya karena melarang memakan makanan tersebut. Kenapa bayi itu menangis melawan perintah ibunya,Mengapa …? ”Karena bayi itu tidak tahu”.

Kita tak dapat menyangkal bahwa memang banyak wanita muslim yang tak berkerudung tetapi memiliki akhlak yang mulia, bicaranya yang sopan, pancaran matanya yang penuh dengan cahaya keindahan dan kebaikan, tingkahnya yang begitu anggun, senyum manisnya yang selalu terkurai, tak pernah usil dengan urusan orang lain. Menggetarkan setiap insan yang menatap, tapi kita tak boleh juga mengecilkan hatinya dengan mengatakan buat apa sifatnya baik… toh….masih mengumbar tubuh dan ngak bisa menjaga aurat, harusnya kita mendoakan semoga Allah memberikan hidayah sehingga terasa lengkaplah keanggunan nya sebagai wanita seutuhnya karena ia telah berakhlak baik, bukankah Nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak. Tetapi alangkah lebih indahnya lagi apabila dengan kemulian akhlaknya itu ditutupi dengan pakain yang indah (jilbab).Dengan kerudung yang tergerai menutupi tubuhya dan bagian yang bisa memacu syahwat para laki-laki berhidung belang, Tubuhnya yang tertutup rapih, tersembunyi didalam pakain yang longgar. Tubuhnya yang indah hanya akan ia sajikan dihadapan laki-laki yang telah halal untuk-nya. Dia tidak menjadi seperti barang dagangan di emperan yang setiap orang dapat melihat dengan mudahnya dan memegang dengan mudahnya dan menyimpan nya kembali apabila tak ingin dibeli. Tapi ia menjadi seperti sebuah perhiasan di dalam etalase yang begitu indah (jilbab) dan ruangan yang begitu megah(hati) yang orang hanya dapat melihat dan tak dapat menggenggam sedikitpun Karena terkunci rapat kecuali yang telah deal bertransaksi (ijab.kabul – nikah).

Di samping itu banyak juga wanita berkerudung yang tak mencerminkan kerudungnya, dimana kerudung dan sikap(akhlak) berbanding terbalik, dimana bicaranya yang suka ngelantur kesana-kemari,sinis dalam menatap, senyum yang terkurai hanya sebelah bibir tidak full dan ikhlas, tapi kita juga tak bisa sepenuhnya mengatakan itu salah dan memutuskan bahwa wanita itu munafik….atau apalah versi yang lainnya, karena dengan berkerudung saja itu sudah cukup baik karena ia melaksanakan salah satu perintah Allah untuk menutup aurat, mungkin lebih baik kita doakan semoga Allah memberikan hidayah kepada-nya sehingga lengkaplah kecantikan kerudungnya di temani akhlak yang baik sebagai teman sejatinya nanti.

Marilah saudaraku, kita pahami sesuatu itu dengan hati yang lapang, dengan pikiran terbuka tetapi tidak kebablasan, dengan akal sehat tidak dengan emosi semu. Yakinlah bahwa Apa yang di perintahkan Allah dan apa yang Dilarang oleh-Nya seutamanya hanyalah akan berbalik untuk kita sendiri sebagai manusia ciptaan-Nya, karena Allah Maha sayang kepada kita, Allah Tidak ingin kita salah dalam melangkah. Semoga suatu saat nanti seluruh wanita muslim menggunakan pakain keindahannya (jilbab) yang menjadikan karateristik wanita muslim sehingga mudah dikenali sebagaimana yang termaktub dalam Al – Qur’an di tambah dengan nilai Kemulian Akhlak yang baik.

Semoga bermanfaat……..

Wallahu A’lam bish-showaab.

Kritik dan sarannya : riosyam@telkom.net

Baca Selengkapnya »»

Tengah Itu Lebih Baik

Fisika merupakan salah satu mata kuliah yang boleh dikatakan sebagai mata kuliah yang menyeramkan, bukan ada niatan untuk melebih-lebih kan sesuatu, tapi itulah gambaran ironi dari mata kuliah tersebut. Mengapa ? karena, setiap tahun mata kuliah ini selalu memakan korban yang selalu banyak dibanding dengan mata kuliah lainnya, bayangkan saja ada sebagian mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini sampai tiga kali berturut-turut dan ternyata dari ketiga nya itu selalu mendapat nilai yang mengenaskan, kami selaku mahasiswa STT PLN sering mengatakan sebagai hatrick…., wah….termasuk penulis sendiri (ups…ketahuan). Mata kuliah Fisika ini di kampus STT PLN khususnya jurusan Teknik Informatika dibagi menjadi 2 yaitu Fisika Dasar dan Fisika Listrik & Magnet. Dan dari kedua mata kuliah tersebut berbanding lurus dalam menciptakan korban-korban yang bergelatakan sehingga harus siap untuk bertempur di tahun-tahun berikutnya atau bertempur melalui jalur khusus (semester pendek). Tak seperti mata kuliah lainnya , jalur khususpun tak menjadi jaminan lolosnya tentara-tentara (mahasiswa) dalam audisi sebagai tentara siap tempur (lulus). Penulis sendiri sering mendengar cerita dari mulut ke mulut, sebuah cerita yang tak lagi asing di kampus bahwa pernah ada yang mengambil mata kuliah fisika ini di jalur khusus(SP) sekitar 5 orang , berita hebohnya….. ternyata kelima orang tersebut tidak lulus dengan grade yang sangat memprihatinkan yaitu E. Bak sebuah ranjau yang bila terinjak menciptakan ledakan yang cukup dahsyat. Membuat aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh mengalir dengan kencang dan terhenti dengan lambat, menciptakan suasana hati kacau balau ( uh…sory terlalu dramatisir kali yeee)…yah mungkin kurang lebihnya gambaran kisah Fisika ini seperti itu.

Siapa yang salah ? sebuah pertanyaan yang sulit di jawab dengan sekali duduk, dengan waktu sesaat, mungkin membutuhkan suatu survey, dan analisa kali ya…he2x sok kritis banget... Penulis melihat tidak ada pihak yang mesti disalahkan, karena menyalahkan hanya akan menghambat, setiap pihak memiliki tanggung jawab masing-masing, dimana mungkin letak kesalahan mahasiswa adalah kurang nya melihat kebelakang kegagalan sebelumnya sebagai pembelajaran untuk memperbaiki di tahun berikutnya, kebanyakan mahasiwa yang mengulang sudah memberi aliran sugesti yang negatif pada diri sendiri dimana Fisika adalah hal yang menyulitkan, sulit untuk belajar, betapa banyaknya rumus yang digunakan, sulit untuk lulus, poko’e fisika…oh…fisika…. Dan kesalahan yang penulis lihat dari tenaga pengajar (dosen) adalah kurangnya tim pengajar untuk melihat perkembangan mahasiswa, apakah mereka benar-benar paham atau tidak, dan kurang perhatiannya dosen, karena mungkin dosen merasa telah menyampaikan materi yang ia anggap dapat dipahami dengan mudah oleh mahasiswa ternyata mahasiswa sulit untuk memahaminya, dan kurang komunikatifnya dosen dengan mahasiswa.

Sebagai pembelajaran buat rekan-rekan, sebuah kisah penulis ketika penulis sampai tiga kali mengambil mata kuliah Fisika Dasar, pertama mengambil mata kuliah ini penulis mendapat nilai yang menyakitkan yaitu tak tanggung-tanggung langsung E, semua itu terjadi karena kurang minatnya penulis terhadap Fisika, sugesti awal yang buruk terhadap Fisika sebagai kelanjutan sugesti sewaktu SMA, kemudian paradigma yang salah karena awalnya penulis beranggapan dan selalu berpendapat dalam diri ngapain pusing-pusing belajar Fisika, toh…nantinya gak bakalan kepake sewaktu kerja, dari aliran-aliran dan arus negatif itulah yang membuat penulis malas untuk masuk perkuliahan Fisika, tidak pernah mengerjakan Pekerjaan Rumah yang ditugaskan, jarang memperhatikan, tidak senang dengan dosennya, inilah…itulah…

Tahun berikutnya penulis mengambil kembali mata kuliah Fisika dasar, dengan sugesti yang tidak separah sewaktu pertama mengambil, dengan niatan Fisika itu penting demi kelulusan, tapi kesalahan penulis adalah penulis masih belum memberikan aliran dan arus positif ke dalam diri penulis, penulis masih fokus pada menghilangkan sugesti buruk saja. Tanpa dibarengi dengan teknik belajar yang berbeda. Tak ayal nilai E pun kembali mencuat ke permukaan sebuah kertas KHS (kartu Hasil Studi), shock yang penulis rasakan berbanding terbalik dengan khayalan sebuah kelulusan. Akhirnya dengan berbagai perenungan kenapa sampai kesalahan ini terjadi kedua kalinya, penulis menemukan bahwa karena penulis tidak cinta dengan Fisika, akhirnya penulis mencari cinta-cinta penulis akan Fisika, penulis memberikan gambaran dalam diri penulis bahwa penulis pasti bisa lulus bahkan tak tanggung-tanggung penulis mentargetkan grade A sekaligus, Fisika itu mudah hanya tinggal rajin belajar saja, ikhlas dalam memperhatikan penjelasan dosen, semangat untuk berkuliah. Dan ternyata memang kekuatan sebuah mimpi, semangat, target, dan perbaikan itu berbuah manis, penulis berhasil mendapatkan nilai A. Wah….kebanggaan yang luar biasa bagi pribadi penulis sendiri.

Tapi ditahun berikutnya penulis mengambil mata kuliah Fisika Listrik dan Magnet, rasa sombong yang telah dihembuskan oleh syetan dalam diri penulis dan rasa menganggap sepele dan mudah sesuatu hal membuat penulis menjadi manusia yang rendah. Inilah satu pembelajaran lagi bahwa sikap over PD tidaklah baik sebaik yang kita pikirkan, karena aliran dari over PD ini bisa membuat kita hilang kendali, bahkan karena menganggap enteng sesuatu, berakibat pekerjaan yang kita kerjakan malah tidak optimal, karena yang terlebih dahulu kita pikirkan adalah hasil dengan keyakinan yang berlebihan bahwa hasil yang kita dapatkan pasti memuaskan, sehingga berakibat pada mengesampingkan proses yang dilalui. Sehingga hanya nilai C yang mangkal di KHS.

Tengah itu lebih baik……itulah pelajaran yang dapat penulis petik dari segelintir kisah hidup penulis. Kenapa? Karena dengan kita memposisikan diri kita berada di tengah, kita terhindar dari, pertama sikap under PD (pesimistis) karena sikap pesimistis hanya akan mengendurkan semangat, kalah sebelum berjuang, melihat kegagalan terlebih dahulu sebelum mencoba, puas dengan keadaan walaupun sebenarnya keadaan tersebut tidaklah kita inginkan, merasa tidak punya kelebihan dari orang lain, menjadi makhluk yang tidak bersyukur, karena telah diberikan potensi tetapi tidak pernah ingin untuk menggali atau ketika telah menggali tapi ketika ada batu penghalang berhenti untuk menggali. Selain itu terhindar pula dari budaya sikap yang over PD (terlalu percaya diri) karena sesuatu yang kadarnya berlebihan pasti tidak baik, misalkan saja orang terlalu banyak bicara pasti lama-lama akan dijauhi, orang yang terlalu banyak makan malah bikin sakit peyuuuut….., dan dengan terlalu percaya diri pun, kita sering meremehkan orang lain, merasa paling benar, dan kita tidak akan pernah bisa menambah ilmu dari orang lain karena energi dalam diri orang yang over tidak pernah ingin diajari, karena konsep orang yang under “gua ini pinter..masa…gua diajarin sama si anu…yang jelas-jelas kualitasnya beda ma gua”, satu prinsip yang penulis dapatkan dari buku-buku tentang pembelajaran diri adalah “be the beginner” dan jadilah lautan dimana lautan berada pada posisi yang lebih rendah dari sungai, muara, sehingga semua akan mengalir menuju lautan sekalipun dari segi posisi lebih rendah. Dengan selalu berusaha menempatkan diri untuk berada di Tengah, gagal tak membuat pantang untuk berhenti, berhasil tak membuat tinggi hati. Dengan berada ditengah nilai akhir bukanlah acuan utama, karena nilai proses adalah yang utama, percuma hasil begitu indah, tetapi tak bernilai di mata Tuhan karena telah kita kotori dengan pemberian bau-bauan ketidak jujuran, kepicikan, ketamakan, ke egoisan.

Wallahu A’lam bish-showaab.

Kritik dan sarannya : riosyam@telkom.net

Baca Selengkapnya »»

LKMM Pra TD

Diawal rencana BEM untuk mengadakan suatu pelatihan yang insyaAllah masuk kedalam standarisasi nasional. Sebuah ide yang brilian dan cemerlang dari salah seorang Anggota Bem saat ini, yang memiliki potensi diri yang mungkin boleh dikatakan menonjol dari anggota lainnya, bukan berarti merendahkan kemampuan anggota lain kerena saya yakin setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing pada dirinya, oleh karena itu cobalah terima (aktif = perubahan) kekurangan kita “…” karena dengan kekurangan kita mungkin adalah kelebihan untuk orang lain, dan syukurilah ( aktif = not sombong) kelebihan kita adalah kekurangan orang lain….sebuah sunnatullah yang tak bisa kita tolak bahwa didunia selalu ada dua sisi yang berbeda. Rupanya anggota ini telah punya mimpi bahwa saat ia masuk dalam keanggotaan BEM nanti ia akan mengadakan suatu pelatihan yang belum pernah diadakan sebelumnya di Kampus STT-PLN, setelah diutarakan ternyata support dari anggota lainpun saling bersahutan, itulah organisasi bahwa kita tidak bisa berdiri sendiri, kita butuh dukungan, kita butuh perbedaan ( read : u/ perbaikan ), kita butuh kebersamaan dimana sama tidak berarti harus mengikut dan mengekor tanpa landasan yang jelas, sama dikala tujuan kita sama, niat kita sama, walaupun terkadang cara kita berbeda karena setiap diri punya karakter diri yang berbeda, di organisasi lah kita akan belajar mengenal pribadi seseorang.. Akhirnya lahirlah Latihan Keterampilan Manajemen Tingkat Dasar Pra Tingkat Dasar (LKMM Pra TD) . Walau ide itu telah terlahir, konsep telah tersusun, tapi LKMM Pra TD saat itu masih sebuah nama yang tidak tahu seperti apa rupanya nanti, seperti apa gerakannya nanti, Karena terkadang konsep yang matang tidak menjanjikan bahwa hasil akan baik, tapi Tidak bisa disangkal lagi suatu acara yang boleh dikatakan bahkan terbukti sukses pasti terlahir dari konsep dan rancangan yang tertata dengan rapih. Akhirnya serangan demi serangan dilancarkan oleh milisi ( panitia )…dengan gencarnya gerakan promosi pengenalan siapa, apa, and seperti apa sih….si LKMM itu.

Pagi itu tepatnya tanggal 13 Juni 2008, panitia…. khususnya Seksi Perlengkapan telah sibuk dengan berjubelnya tugas yang harus mereka kerjakan, sebuah komitmen yang telah mereka genggam disaat pemilihan panitia,….dan sebuah implementasi real yang akan mereka kerjakan, karena komitmen hanya akan menjadi halusinasi yang percuma tanpa sebuah aplikasi, but…seksi

perlengkapan dipagi itu berada disisi dimana mereka orang-orang yang sejalan antara perkataan dengan perbuatan, sedikit massa tak mengendurkan dan mengurungkan niat dan action yang mereka lakukan, dengan sedikit tergopoh-gopoh..tak ayal suatu fitrah kemanusiawian pun disaat tangan ini mengangkat beban berat, kaki ini penopang dorongan barang, badan ini menahan tumpukan barang, perlahan….keringat pun membasahi badan mereka….standing applus buat seksi perlengkapan…., mungkin pada pagi itu dimana panitia sedang sibuk-sibuknya, mungkin sebagian calon peserta masih berasyik-asyik dengan memilih-milih kira-kira baju apa yah…yang mau dipakai, mungkin ada sebagaian peserta lainnya masih sibuk berdandan, menata rambut,mengulang kembali, atau mungkin sebagian lainnya masih mendengkur tidur…ups..becanda lagi kok….namanya juga “mungkin”. Di hari pertama acara LKMM Pra TD itu, suatu penghormatan bagi kami selaku panitia, mengapa ? karena pada hari itu, Pembukaan dihadari oleh Bapak Ketua STT-PLN, dan Waket III. Wah sebuah kebanggan yang tak ternilai dengan uang, karena uang tidak dapat membeli kebanggaan, tapi kebanggaan lebih berharga dari uang. Kebanggan bukan berarti kesombongan. DI hari itu pertama ….acara ini selesai dibuka, dengan beberapa ceremonial…

Peserta yang terlihat masih malu-malu tapi sebenarnya mau, itulah sebagian sifat manusia, padahal di alam pikiran ini sudah berkecamuk berbagai ide, pertanyaan, gagasan, inovasi, but semua itu kandas di kala pikiran negative mulai merasuk dengan cara yang sangat halus, bahkan tanpa kita sadari memberikan beberapa pernyataan yang menjatuhkan diri kita, misalnya…pikiran kita :”jangan ngomong lo…..ntar pasti diketawain…,,,,,ah…..takut salah…” dan lainnya.

Ketika kita mulai sedikit melawan si jiwa negative ini, mulailah pikiran negative ini menggencarkan tindakan berikutnya, yaitu tangan berkeringat, badan bergetar, mata memerah, jantung….dag…dig…dug….”ups pengalaman”. Tapi pemenang itu hadir dikala segala ketakutan yang belum pasti terjadi….terbantahkan dengan keberanian dengan diawali dengan acungan tangan, menegakkan berdirinya badan, dan terluncur lah berbagai ide, pertanyaan, gagasan, walau pada tahap awal masih dibarengi dengan berbagai kontraksi di badan, intonasi suara, tapi lambat laun semua itu akan memudar.

Di hari kedua peserta mulai menemukan sedikit pencarian dari suasana, sikap, antusias. Pada hari kedua itu mulailah bermunculan orang-orang yang di hari sebelumnya masih duduk termanggu malu-malu, hari ini mulai menggaungkan argument. Berawal dari ketegangan raut wajah, akhirnya perlahan mulai luntur dengan seuntai senyum hangat tanda sebuah keikhlasan.

Masih ingatkah…..real story “kutu anjing”, kutu loncat yang loncatan nya bisa mencapai 300 kali lipat dari posisi nya berada. Sebuah peristiwa yang mungkin masih terekam dalam ingatan peserta, sebuah hikmah kehidupan yang dapat di petik seuntai pesan, bahwa lingkungan memiliki faktor terhadap perkembangan diri seseorang, tapi satu prinsip yang harus kita pegang, bahwa penguasa, pemimpin, motor, diri kita adalah “aku (seperti yang dikatakan salah seorang pemandu bahwa aku adalah ambisi, kenyataan, dan usaha sang diri anda sekalian.

Satu sunnatullah yang tak dapat dibantah dan ditolak bahwa dibalik sebuah pertemuan, perjumpaan pasti akan diakhiri dengan perpisahan, begitu jualah yang kami (panitia) dan peserta alami pada hari itu tanggal 15 juni 2008, sekelumit rasa berkecamuk dalam diri kami selaku panitia, berbagai rasa bercampur tertumpah ruah, senang, bangga, haru, sedih (uhhhh,,,,,,,dramatisir banget deh….!) mengiringi perpisahan kami dengan para peserta, tetapi perpisahan ini bukan untuk peninggalan, perpisahan ini untuk perbaikan. Dengan hati yang tulus, jiwa yang halus kami panitia LKMM 2008 mengucapkan “TERIMA KASIH”, atas partisipasi,kesiapan, kemauan, peserta untuk memeriahkan acara BEM STT-PLN.Ingat……..Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan bukan sesuatu yang diberikan secara Cuma-Cuma oleh Tuhan, karena Tuhan memperkenalkan suatu hukum sebab-akibat, siapa yang berbuat akan mendapatkan balasan, tinggal soal waktu yang hanya sang Maha memutuskan. Kepemimpinan tidaklah harus dengan perintah, tidaklah harus dengan otoriter, tidak harus dengan teriakan, tidaklah harus dengan ketegangan, tidaklah harus berdiri dikala pengikutnya duduk, tidaklah harus memaksa dikala keputusan tak iyakan. Pimpinan lah terlebih dahulu diri anda sebelum anda memimpin sekelompok orang lain. Kepemimpinan yang terbaik adalah aplikasi/ contoh real dari sebuah tindakan. Karena kami yakin anda adalah pemimpin-pemimpin di hari esok yang akan membawa harum khususnya nama STT-PLN dan nama bangsa ini.

Baca Selengkapnya »»

Hidup Mahasiswi


Suara itu masih terdengar di kepala ku, suara letupan tembakan peluru karet yang mengenai dada salah satu rekan perjuangan kita.

Tak usah aku menanyakan apa yang ia rasakan, ia tak berkata apapun, hanya raut mukanya lah yang menampakkan betapa sakitnya peluru karet yang terhunus menuju dadanya.

Tak perlu ku tanyakan kepada kalian saudaraku, malu rasanya….sangat malu melihat Mahasiswi Putri kita pada hari ini, mengapa? Mereka yang diciptakan oleh Tuhan dengan sifat yang lemah lembut, mereka mempunyai tipikal yang lebih peka perasaan nya, mereka lebih sensitif dengan bentuk keanarkisan, mereka lebih kecil kekuatan fisiknya untuk melawan di banding dengan pria.

Inginkan kah kalian mengetahui bagaimana gerak perjuangan Mahasiswi putri hari ini, mereka…mereka dengan lantang meneriakan suara-suara perjuangan, mereka rela untuk mencoba mendorong brigade aparat yang berdiri menghalangi sebuah pagar tinggi yang amat congkak, sebuah pagar yang padahal didalam sanalah wakil-wakil kita, disanalah seharusnya suara rakyat di perjuangkan, tapi pagar itu terasa bagaikan benteng yang berusaha menahan gelombang suara rakyat yang dengan lantang terkumandangkan seolah menjadi lemah dengan kuatnya gerbang itu menghalang. Mereka mencoba mendorong dan mendorong kembali barisan brigade Polisi, dengan saling bergantian, dengan tidak terlihat sedikit pun wajah penyesalan dalam raut wajah yang mereka tampakkan.

Hari ini telah kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana massa putri tak luntur semangatnya ketika kondisi di lapangan mulai menegang, emosi sudah mulai tersulut, beberapa aparat mulai geram, mereka akhirnya mendorong massa putri dengan sedikit paksa, akhirnya seorang komando di atas sebuah podium, memberikan komando untuk mengamankan massa putri dengan memborder mereka dengan kuat , dan menyuruh seluruh massa untuk duduk, dengan border pelindung tetap berdiri dengan kokoh walau badan terasa gopoh. Ketegangan semakin memuncak, para massa pria mencoba melindungi massa putri yang sebagian belum masuk ke dalam border pria, beberapa rekan kita pun menjadi korban, darah yang masih begitu segar mengalir dari kepala seorang massa pria akibat pentungan aparat yang dilayangkan dengan penuh tidak ada rasa kemanusian.

Wahai putri, tak usah kalian berkata, biarlah mereka yang sadar akan menjadi tersadar. Biarlah dunia ini terdiam dengan kemenungan. Biarlah alam ini yang menyeru, langit akan menjadi saksi, awan kan menjadi bukti, matahari yang menyengat kan menjadi penyinar, di hari ini, kalian telah membutktikan bahwa kalian bukanlah makhluk yang hanya pandai berhias, makhluk yang hanya pandai menyapu, memasak, tapi kalian wahai putri adalah pejuang rakyat ini, kalian adalah intelektual gadis yang menjadi catatan sejarah dan peradaban bangsa. Kelemahan tak menjadi halangan untuk kalian, karena kelemahan yang sesungguhnya adalah ketika panggilan perjuangan tak bergeming di setiap telinga insan yang mendengar.

23 – maret – 2008

Wallahu A’lam bish-showaab.

Kritik dan sarannya : riosyam@telkom.net

Baca Selengkapnya »»

Bahasa Indonesia itu Penting Loh !

Bahasa merupakan anugerah Tuhan kepada seluruh umat manusia dan merupakan wujud keagungan-Nya, bayangkan begitu banyaknya bahasa yang dimiliki oleh penduduk dunia ini, setiap daerah/negara memiliki bahasa yang beragam dan berbeda, bahkan dalam satu negara saja memiliki beragam bahasa yang berbeda, misalnya saja Negara Kita yang tercinta ini memilki beraneka ragam dan macam Bahasa, misalnya saja bahasa sunda, batak, minang, ambon, jawa, dll. Bahkan keindahan bahasa terasa lengkap sudah dengan lagam/irama/intonasi yang berbeda.

Bahasa tak ayal mengambil peranan yang sangat penting bagi kelangsungan dan kelancaran hidup seluruh umat manusia di muka bumi ini, terutama dalam kegiatan untuk berinteraksi atau berhubungan secara sosial sebagaimana fitrahnya manusia diciptakan sebagai makhluk pribadi dan sosial. Dapat dibayangkan bagaimana jika manusia didunia ini tidak memiliki bahasa untuk mengutarakan maksud tertentu. Mungkin keindahan yang kita peroleh saat ini takkan terjadi, karena lewat bahasa lah mulut ini mengambil peranannya sebagai fitrah untuk berbicara.

Sedikit kembali melihat kebelakang, membuka kembali lembaran-lembaran sejarah yang telah terbungkus dalam sebuah tulisan, museum, replika perjuangan, dan bentuk-bentuk penggambaran perjuangan. Tepatnya pada masa penjajahan dimana para tirani menjajah dengan semangat kesombongan dan kecongkakannya seolah menganggap dirinya Raja Diktator penguasa dunia. Pada masa itu tepatnya pada masa penjajahan yang berabad-abad dirasakan oleh Bangsa Indonesia, penderitaan, kemiskinan, kebodohan, serba kekurangan adalah teman yang mengikuti keseharian seluruh masyarakat indonesia saat itu.

Segala bentuk perlawan telah berusaha digencarkan oleh putera dan puteri Tanah Air saat itu tapi Tuhan belum berkehendak untuk memberikan kemenangan kepada Bangsa ini, perjuangan-perjuangan akhirnya pun selalu kandas ditangan tirani-tirani. Dibalik kekalahan-kekalahan yang dialami saat itu terdapat para pemuda Indonesia yang merasa bahwa butuh sesuatu untuk menyatukan kekuatan seluruh penjuru negeri nan Elok ini, karena salah satu hal yang melatarbelakangi kekalahan demi kekalahan yang dialami Bangsa Indonesia adalah karena sifat perjuangan yang masih kedaerahan, dimana setiap daerah hanya berjuang dengan tenaga seadanya dan perjuangan hanya bersifat lokal sehingga mudah dikalahkan oleh Penjajah, padahal bayangkan jika seluruh masyarakat indonesia dari pelosok manapun bersatu melakukan perjuangan dan pemberontakan secara Nasional (menyeluruh) mungkin Penjajah akan keteteran walaupun dengan persenjataan yang jauh memadai dibanding Bangsa Indonesia. Lalu dirasa bahwa perbedaan yang paling mencolok dan beragam adalah dari segi Bahasa, karena saat itu belum ada Bahasa Nasional yaitu Bahasa Indonesia seperti sekarang ini, masyarakat indonesia hanya mengenal bahasa daerahnya masing-masing, mungkin sebuah anologi berikut ini dapat menjadi sebuah landasan mengapa pentingnya suatu bahasa pemersatu, misalnya seorang Minang dengan seorang Sunda, terjadilah percakapan seperti berikut, pada saat itu terjadi banjir dimana air sungai meluap dan ternyata si Minang dan si Sunda berada pada rumah yang sama, Si Sunda Bertanya kepada Si Minang , "nang .... Cai geus sakumaha....(airnya..sudah segimana)", kebetulan saat itu si SUnda berada dalam lantai dua Rumah itu, Si Minang yang berada di lantai bawah tak mengerti apa yang dikatan oleh Si sunda, lalu ia coba menerka saja mungkin yang ditanyakan si Sunda tentang air , lalu si minang dengan santai menjawab "nda, aiye nyo..masih sakete'...(airnya...masih sedikit)", spontan si Sunda kaget karena yang dia tahu dari perkataan si Minang hanya kata "Saketek" (dalam bahasa sunda seketiak), kaget bahwa air masuk rumah sudah seketiak padahal air yang masuk rumah baru sedikit, itulah sedikit gambaran bagaimana perlunya sebuah bahasa pemersatu.

Akhirnya dirundingkanlah untuk menyatukan seluruh masyarakat indonesia dalam satu bahasa, sehingga dapat di peroleh satu keinginan, satu perjuangan.

diputuskankanlah setelah melalui beberapa proses Bahwa Bahasa Pemersatu itu adalah Bahasa Indonesia dengan tujuan agar tidak ada kecemburuan antar daerah jika nama daerah dijadikan Bahasa Nasional (pemersatu). Semenjak itulah perjuangan indonesia mulai bersifat Nasional (menyeluruh) tidak lagi bersifat kedaerahan karena masyarakat telah disatukan oleh Sebuah Bahasa yang sama, yang mencerminkan, satu rasa, satu jiwa, satu keturunan, satu tujuan yaitu kemerdekaan ,kesejahteraan, lepas dari belenggu kebohodohan. Tak ayal Bahasa Indonesia memiliki andil yang besar dalam perjuangan dan pergerakan menuju sebuah peraihan kemerdekaan. Sehingga betapa pentingnya Bahasa Indonesia yang kita milki ini, karena sejarah mencatat bahwa Bahasa Inilah salah kunci kemenangan Bangsa ini.

Tak ada salahnya kita sebagai generasi kemerdekaan menjaga dan melestarikan Bahasa Indonesia yang memilki Filosopi yang indah, mencintai bahasa ini, bahasa yang telah menyatukan darah para pejuang yang selama ini bercucuran, yang mengikat Bangsa ini dalam satu istana kebersamaan. Janganlah kita merasa malu dengan bahasa ini, tapi banggalah dengan Bahasa Indonesia, dengan inilah, kita saat ini merasakan harumnya kebebasan dari belunggu tirani penjajahan.

Baca Selengkapnya »»

Wednesday, July 2, 2008

RITME BARU UNTUK SEBUAH KEPEMIMPINAN

Waktu…….!! yang terkadang terasa sangat lama kita lalui dan terkadang terasa begitu lambat untuk berlalu, itulah satu hukum didunia ini bahwa waktu adalah relatif, karena setiap insan manusia akan merasakan perjalanan waktu ini dengan beragam persepsi dan beragam keadaan. Pernahkah kita mendapatkan ketika salah seorang teman berkata bahwa waktu yang dia alami hari ini atau hari yang telah berlalu terasa begitu lama, pagi menghampar terasa lama menjelang siang, siang berterik terasa jenuh menunggu kesejukan nan senja, senja nan redup mendayu-dayu terasa hampa menunggu gelap. Tetapi di sisi lain terdapat sebagian manusia lagi yang merasa bahwa waktu nya terasa berjalan menghampiri dan menyapa setiap relung kehidupannya begitu cepat dan terasa singkat. Sedikit berbeda dengan sisi relatif : waktu terasa lama , terkadang insan ini akan merasa dan berkata rasanya baru kemarin ia dipangkuan ibu, dibimbing nya berjalan, disuapinya dengan cinta dan kasih, diajarkannya cinta, dibelai nya dengan sebuah pembentukan kehidupan, pengajaran arti sebuah kasih sayang yang tak hanya sebuah kata manis dari mulut yang terkadang berbohong terhadap hati tetapi wujud nyata yang tak tersentuh dengan kemunafikan. Inilah hidup….hidup adalah sebuah perjalanan panjang didunia namun ternyata terkadang terasa singkat bagi jiwa-jiwa yang sibuk dengan penemuan jati diri, pencarian asal, penemuan jalan kembali kepada sebuah jalan yang membawa insan menuju kehidupan yang kekal.

“PEMILU HIMAKA” pemilihan calon pemimpin baru yang akan menduduki kursi Ketua dan Wakil Ketua pun telah dilalui, sedikit melihat mundur kebelakang bagaimana gerakan-gerakan kampanye yang digencarkan oleh kedua tim sukses, melalui mading-mading kampus dimana terpajang dalam sebuah kertas yang tertempel di setiap dinding menggambarkan senyum nan terkurai menyimpan sejuta mimpi demi sebuah perbaikan kearah kebaikan, pemberitaan hangat yang tersebar dari setiap mulut yang mempunyai kepedulian terhadap majunya Himpunan Mahasiswa Informatika, seolah mewarnai maraknya prosesi menjelang detik-detik pengumpulan suara demokrasi. Berbagai suara pun muncul di sela-sela berjalannya waktu menuju pemilihan, suatu realita kehidupan yang tak dapat dibantah bahwa dunia ini akan selalu ada dua kutub yang akan selalu berdampingan, bahwa pro dan kontra tak dapat di hindarkan, karena tidak pemaksaan untuk sebuah persetujuan dan tidak ada pembuangan terhadap sebuah penentangan. Kehidupan inilah yang mengajarkan kita hidup, manusia yang berdampingan dengan kita lah yang mewarnai kehidupan kita.
Part II
Bayangkan jikalau anda hidup didunia nan luas ini hanya hidup seorang diri walau semua bentuk kesenangan, kekayaan, kenikmatan berada tepat di depan pelopak mata anda, dapat dipastikan hanya menunggu waktu… anda hanya akan menjadi seonggok daging yang tak bernyawa lagi. Sebenarnya perbedaan itu adalah sebuah rahmat Tuhan, ketika perbedaan bukan menjadi jurang pemisah, tetapi ketika perbedaan menjadi sebuah harga penghormatan terhadap insan lainnya. Karena berbeda bukan berarti kita harus bentrok, dan sama bukan berarti kita hanya mengekor dan mengikut tanpa landasan yang kita pahami. Akhirnya semua prosesi itu pun terlalui menuju puncak dari semua ritme perjalanan, hari itu tepatnya Rabu 18-juni-2008, diadakanlah pemilu dimana seluruh mahasiswa yang memiliki hak pilih untuk memilah dan memilih siapa kandidat yang mereka percayai untuk mengemban amanat dan aspirasi melakukan pemilihan disebuah ruangan yang hanya tuhan dan diri kita yang melihat. Beberapa tusukan yang dilayangkan kepada sebuah kertas pemilihan, terhadap calon bukanlah hanya sebuah tusukan untuk melubangi, tapi dibalik tusukan itu tersirat dan tersimpan sebauh harapan demi kemajuan Mahasiswa dan Kampus STT-PLN nantinya. Harapan besar yang diembankan kepada Calon yang terpilih, ingat…mahasiwa dan terutama Tuhan melihat ketika anda mengumandangkan Visi dan Misi, ketika Anda ( Yang Terpilih ) berorasi demi sebuah gebrakan nantinya, Mahasiswa menunggu gerakan real anda nantinya, bukannya menafikkan bahwa tak ada manusia yang sempurna, manusia pasti melakukan kesalahan, memang satu fitrah yang telah dihembuskan kedalam buhul-buhul kita bahwa manusia adalah tempatnya salah, lalai, dan lupa. Tapi semua itu tak berarti manusia tak dapat melakukan perbaikan dan kebaikan, tak berarti manusia harus berdiam diri dirundung dengan penyesalan. Tidaklah dikatakan “salah” ketika kita salah tapi mengakui kesahalahan, tetapi yang “salah” adalah ketika kita memang benar-benar salah tetapi kita tidak mengakui kesalahan dan tetap dengan egoisme diri merasa benar.


Baca Selengkapnya »»

Berbakti Sebelum Terlambat


“aku ingin seorang ayah yang mengerti diriku, yang mengajakku bermain, yang tertawa bersama dalam keceriaan, yang mengerti ketika hatiku ku gundah, yang menuruti apa yang aku inginkan, tetapi harapan-harapan itu hanyalah semu yang terangkai indah dalam alam pikiran yang tak berwujud rupa. Ayah hanya menghabiskan waktu nya dengan segala runtunan kegiatan hidup nya sendiri, hanya secuil perhatian yang ia berikan, ia hanya menanyakan pertanyaan yang terlalu bosan aku dengar, yang terlalu jenuh untuk ku perhatikan, tak ayal banyak perlawanan dan pembangkangan yang ku ajukan kepada dirimu ayah, jangan salahkan aku ketika perkataan penentangan ku ucapkan. Karena kau tak pernah ingin tahu siapa diriku ini yang sebenarnya, kau tak punya hirau ketika ku bermasalah, hanya semangat kosong dan dorongan kejenuhan yang selalu di ucapkannya. Ayah apakah kau lupa aku ini anakmu, dalam diriku ini mengalir darah mu, mengalir sebagian sifat-sifat mu, tidak kah kau mengerti, tidakkah kau ingin, tidakkah kau merasa, tidakkah…..aaaaah….percuma berjuta harap yang ku letakkan dipundakmu. Tak bergeming jiwa mu untuk menggerakkan wujud sebuah kenyataan. Ayah tahukah dirimu…aku bukanlah piaran yang hanya bisa kenyang dengan kau beri makanan, yang tenang ketika kau berikan penutup diri dari teriknya kehidupan, yang gembira dengan bertumpuknya mainan. Ayah hatiku kosong……jiwa ku kering…..batin ku menjerit….. Dimana kau ketika anakmu membutuhkan dirimu, bukan uang yang bisa membahagiakan ku, bukan harta yang menentramkan ku, bukan kendaraan yang membuat diriku berjalan.”
Tidak...!!
Tidak…!!
Ternyata semua itu salah, semua itu hanya keegoisan diriku.
Semua itu hanya rangkaian kekosongan jiwa ku dari kebersyukuran.
Semua itu hanya buah dari terlalu tingginya harapan diriku.
Semua itu hanya lantunan kegundahan diriku karena kosong nya diri ini dengan iman.
Semua itu hanya hembusan syetan karena kekeringan yang melanda hati.
Ketika jiwa dan batin ini tersadar, ketika jiwa ini menangis meratapi kehidupan masa lalu yang penuh dengan gelimangnya relung-relung hitam kehidupan, ketika mata hati ini tersiram dengan secuil cahaya iman, ketika kemelut diri untuk sebuah masa transisi, ketika sebuah hijrah kan terjadi, ketika ke-istiqomahan kan diuji. Sebuah kehendak-Nya yang siapapun tak dapat menolak , tak dapat membantah, tak dapat menghentikan, Tuhan mempunyai kehendak lain ketika hati ini siap untuk mengabdi memberikan sepenuh cinta untuk sebuah pembalasan pemberian seorang Ayah yang tak terukur luasnya yang tak pernah ku sadari.
Hatiku menjerit kembali ketika melihat seorang Ayah meregang nyawa untuk terakhir kalinya menghirup nafas didunia ini, seketika itu pun tak ada lagi jiwa dalam diri Ayahku, jiwa (ruh) yang telah dipanggil untuk kembali kepada zat yang mencipta, kembali kepada kehidupan yang kekal dan kehidupan yang sesungguhnya sebagai manusia yang dicipta oleh Sang Maha Pencipta. Ayah kulihat senyum terakhir mu, kuingat perkataan terakhirmu, kuingat betapa beratnya ketika nyawamu kan di cabut. Ayah…maafkan diriku yang tak pernah mengerti perasaan mu, maafkan diriku yang tak pernah berbakti kepadamu, Ayah…maafkan diriku yang belum bisa menunjukkan pembaktian di awal kehidupanmu, kini kau telah pergi…untuk selamanya dari dunia fana ini…..
Tangis inilah Ayah bukti rasa sayang, rindu, cinta, bakti yang selama ini terpendam.”

Hikmah :
Mungkin cerita diatas ini terjadi pada sebagian diri kita, dan sebagian lagi mungkin tidak terjadi, hanya Allah yang Maha Tahu untuk mengetahuinya. Karena kesadaran diri seorang pemuda yang tak pernah tumbuh dan tak pernah berusaha untuk di tumbuhkan oleh pemuda tersebut. akhirnya harapan-harapan , bisikan-bisikan kosong pun telah dirasuki oleh syetan, dimana bisikan tersebut hanya ber-iyakan serta berisikan perihal kekurangan orang lain, selalu melihat dan hanya untuk dan ingin melihat kekurangan orang lain adalah salah satu faktor mengapa selama ini hubungan kita dengan pihak tertentu entah orang tua, teman, saudara menjadi tidak harmonis karena harapan yang telah terangkai dalam pikiran tak sejalan dan searah dengan kenyataan yang berkata lain di lapangan. Itulah satu fitrah kehidupan lagi yang harus kita sadari jauh-jauh hari, sekarang, bahkan detik ini bahwa setiap manusia itu berbeda satu sama lain, kita tidak dapat memaksakan orang lain seperti apa yang kita inginkan, kita tak dapat memaksakan kehendak dan keinginan kita agar orang lain seperti ini, seperti itu.
Sebenarnya perbedaan itu bukanlah sebuah jurang yang memisahkan kita melainkan sebuah jembatan yang dapat menyatukan kedua sisi yang berbeda walau terkadang jalan untuk penyatuan terkadang terbentur oleh lubang-lubang ke-egoisan, dan tersandar oleh batu-batu kekerasan hati. Inilah hidup…sekali lagi hidup adalah sebuah pelajaran dimana dari perbedaan inilah kita dapat belajar bahwa Allah maha mulia dimana Allah mengkaruniakan kepada setiap hambanya perbedaan sifat, keunikan yang berbeda. Jadi belajarlah untuk menerima dengan ikhlas jikalau teman, orang tua, dan entah siapapun yang kita kenal tidak sesuai dengan yang kita harapkan, karena dengan penerimaan ini lah kita dapat saling melengkapi, saling mengisi jikalau terjadi kekosongan. Berbaktilah….ketika kesempatan itu masih ada, ketika waktu didunia ini belum berhenti, ketika nafas panjang masih nikmat terhirup, ketika jiwa ini masih melekat dengan daging diri ini. Tidak ada manusia yang sempurna sehingga bahwa ada jalan untuk berubah, masih ada kesempatan untuk perbaikan, selagi ruh ini berada dalam seonggok aku. Mungkin alangkah baiknya kita yang menempatkan diri sendiri sebagai orang yang menyenangkan lebih menenangkan untuk diri sendiri daripada terlalu berharap orang lain akan menyenangkan kita, karena Allah lah yang meniupkan rasa kesenangan, kenyamanan kepada seseorang
Ada sebauh pernyataan dari salah seorang ustadz, yang menurut penulis sendiri dapat kita tanamkan dalam-dalam di hati kita :
“ingat 2 hal dan Lupakan 2 hal “
“ingat kebaikan orang lain dan ingat keburukan diri sendiri”
“lupakan keburukan orang lain dan lupakan kebaikan diri sendiri”.

“Jangan sampai penyesalan itu datang ketika nyawa ini telah kembali kepada sang Pemilik-Nya, penyesalan itu tidaklah ada artinya sedikitpun sekuat dan sekeras apapun kita menyesal. Karena Ketika Ruh ini kembali maka terputuslah kita dengan segala perbuatan, dengan segala pencarian amal, dengan berbagai perihal pengumpulan tabungan. “
Semoga tulisan ini bermanfaat……
Wallahu A’lam bish-showaab.

Baca Selengkapnya »»