Wednesday, July 30, 2008

Perbuatan Yang Menyiksa

(Riosyam)

Apa itu perbuatan yang menyiksa ? mendengar, membaca kata-kata yang saya cetak tebal dan di garis bawahi akan sedikit terngiang di pikiran kita, bagaimana ngerinya tersiksa itu, mungkin sebagian kita ada yang berpikiran perbuatan menyiksa itu seperti memukul atau dipukul, menendang atau ditendang, menampar atau ditampar atau tertampar, mencambuk. atau yang lebih sadis adalah membunuh dengan cara perlahan-lahan. Sebagian lagi mungkin ada yang berpandangan bahwa menyiksa itu adalah suatu perbuatan yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan kepada seseorang atau kelompok orang dengan cara melakukan kekerasan ( sama aja kali )...he2…poko’e begitu aja lah.

Apapun arti menyiksa itu semua kembali kepada persepsi anda, karena setiap diri pasti memiliki persepsi yang berbeda dari kapasitas pengetahuan, sudut dalam melihat sesuatu kejadian. Tapi ! pernahkah kita sadar ternyata perbuatan yang menyiksa itu bukan saja karena perbuatan fisik loh….ternyata…ada satu perbuatan yang dapat menyiksa diri kita sendiri dan perbuatan tersebut pun pelakunya adalah ternyata diri kita sendiri. Ayo..ayo perbuatan apa itu….sebenarnya perbuatan ini sering kali kita lakukan tapi jarang sekali kita perhatikan, karena perbuatan ini begitu refleks dan spontan terjadi pada diri kita. Tetapi sebenarnya perbuatan ini bukanlah spontan terjadi, tetapi perbuatan ini terjadi karena ada niatan yang disengaja, entah niatan yang berasal dari kita sendiri, atau niatan yang timbul dari berbagai sebab yang menyebabkan niatan yang sebelumnya lurus berbelok dikendarai oleh syetan terlaknat. Itulah kepintaran dari makhluk yang diusir oleh Tuhan dari surga firdaus karena keangkuhan, kesombongan dan pembangkangan yang dilakukan, syetan begitu pintar, begitu halus, begitu lemah lembut memberikan bisikan-bisikan penyimpangan dengan kudung/bungkus yang menyilaukan. Sehingga banyak insan manusia yang tertipu atau sengaja ingin ditipu oleh syetan bin iblis bin dedemit binti kuntilanak bin pinajiseun…………..laknatullah.

Udah tahu belum perbuatan apa yang saya maksudkan…? Yup…anda benar perbuatan “PAMER”…hi2…pasti ada yang bertanya-tanya yah….kenapa perbuatan pamer itu sampai menyiksa, padahal pamer kan gak punya tangan untuk memukul, gak punya kaki tuk menendang “ ? “ . baik..saya akan melakukan konferensi Pers (emangnye artis), mengapa saya mengatakan bahwa Pamer itu adalah salah satu perbuatan yang pelaku, pencipta dan penderitanya adalah diri kita sendiri serta dalam kadar tertentu dapat berdampak terhadap orang lain adalah perbuatan yang menyiksa. Sekarang mari kita bayangkan kembali, melihat untain kehidupan yang telah kita lalui sebelumnya untuk mengambil hikmah yang tak sempat terpetik atau hari ini yang merupakan kehidupan yang sejatinya adalah milik kita karena besok atau masa yang akan datang belum tentu datang menghampiri kita, sekarang misalkan saya, anda, orang lain, kita, atau siapa saja pada suatu hari (derengdengdeng…), sedang berpakain necis, gaul, fungky, kreeen abiz, modis buanget, meching coy.. terkadang “boleh minjem dari orang lain”, dengan merasa bahwa kita telah berpakaian seperti itu di tambah dengan ada sebagian teman yang mengatakan…wah….baju lo keren banget…pasti beli di distro, spokat (sepatu) lo…gilaaa….mantap men, di tambah dengan pujian aksesoris lainnya yang melekat di sekujur tubuh kita dengan merek-merek berplat luar negeri. Dengan segala inputan yang terlahir dari pikiran kita sendiri dan dari mulut-mulut orang lain, masuk ke dalam telinga kita, menghinggap di dalam relung-relung pikiran kita, diolah sedemikian rupa, sehingga olahan tersebut akan menyentuh titik jiwa ke-pamer-an dalam diri kita.

Tak ayal berjalan menjadi PD bahkan Over PD, merasa menjadi pusat perhatian (kepedean kali ya), berbicara menjadi lancar, senyum bangga mudah untuk terumbar, berbicara dengan orang lain penuh semangat yang berlebih karena merasa PD berdekatan dengan orang lain, terkadang menunggu-nunggu orang lain menyinggung untuk memuji pakaian yang kita kenakkan. Tapi sampai batas tersebut mungkin kita masih nyaman walaupun sebenarnya tidak nyaman karena PD kita tergantung pada pakaian atau atribut luar kita, sehingga jikalau pakaian tidak sebagus atau sekeren yang kita or orang lain anggap norak maka tak ayal Minder bahkan over Minder perlahan tapi pasti menghinggap pada diri kita.

Tapi…ketika kita berdampingan, berhadapan, atau bertemu dengan orang lain yang ternyata wowww..gayanya lebih keren, orangnya lebih guanteng or lebih cantik n cute-cute. pakaian nya lebih bermerek lagi, poko’e dari ujung kaki sampai ujung kepala melekat semua atribut yang kata anak muda sekarang dibilang “gaul” and modis, tak ayal perlahan diri ini menciut menjadi kerucut yang berbentuk kusut,sembraut, kalang kabut (wah..lebaay). Bayangkan betapa tersiksanya orang yang terkena penyakit pamer terutama siksaan batin, punya handpone baru, cari-cari cara biar ketahuan sama orang lain bahwa kita punya hP baru, pura-pura nanyain nomor telepon coz alasannya hilang lah, kehapus lah, atau pura-pura ditelpon atau nelpon padahal Hp nya mati, pura-pura sms lah biar di tegur woiiii..”HP baru neh”… Misalkan lagi neh, punya motor baru, petantang-petenteng jalan-jalan tiap sore, pagi, malem, liuk sana liuk sini, ups…pas berpapasan ama moge (motor gede) yang lebih keren, langsut ciut, pas lihat motor yang lebih jadul adrenalin sombong naik kembali. Punya sepatu di simpan di hati bukan di kaki, sepatu gak ada gak enak body, gak PD lagi, Lemari penuh tas, padahal satu tas aja gak habis pakai beberapa hari,kecuali habis pakai langsung buang n beli lagi. Orang yang bertipe pamerisme ini biasanya cenderung melihat orang lain yang lebih dari dirinya baik dari segi fisik, pakaian, atau atribut lainnya dapat menimbulkan penyakit iri hati, bahkan sering menimbulkan under PD/over PD, tapi sebaliknya melihat orang yang berada pada level dibawahnya jiwa Over PD nya pun muncul ke permukaan. Orang pamerisme ini nilai diri, citra diri / kebanggaan dirinya terletak pada cover atau tampilan luar saja, apabila cover tidak ada atau tidak sesuai maka nilai diri pun akan menjadi turun padahal itu hanya nilai diri yang diciptakan oleh dirinya saja. Orang suka pamer memandang bahwa dirinya di pandang mulia, keren, pintar, gaul, dari pakaian yang di kenakkan. Sehingga dengan hilangnya atau tidak adanya semua itu tak ayal penciutan diri pun terjadi. Nyari pacar yang cantik/ganteng, buat dipamerin ma orang lain, eh…pas ada yang bilang bokin nye ganteng/cantik eh…dienye….kayak…dedemit….keselimpit…..kayak sandal jepit…biar cepet mateng pake karbit…(lebaaayy)..langsung minder. Itulah sedikit gambaran tipe-tipe or cirri-ciri orang yang terkena dan terjangkit virus yang namanya pamer, bahkan pada kadar yang telah terinfeksi maka virus pamer ini bisa menyebabkan hilangnya nilai diri(stress) akibat strain(tegangan) yang diciptakan oleh dirinya sendiri, karena virus ini akan memakan sebagian isi pikiran kita, dengan berjuta niatan untuk pamer.

Bagaimana mengatasinya ?, pertama kali yang harus dilakukan ketika anda merasa bahwa virus pamer mulai bergerak masuk kedalam ruang diri kita, adalah sadarlah, yakinkanlah kepada diri anda suatu ketetapan yang tidak bisa di ganggu gugat didunia ini adalah bahwa diatas langit masih ada langit, ketika kita telah merasa diri kita tampan/cantik dan ternyata masih banyak dilingkungan sekitar kita yang lebih dari diri kita, terimalah dengan ikhlas…karena ini adalah sebuah keseimbangan alam yang telah begitu adanya sejak dari dulu, bayangkan jikalau semua orang didunia ini cantik/tampan, maka niscaya kata tampan/cantik itu pun tidak ada, bayangkan jikalau semua orang didunia ini adalah orang kaya, apa yang terjadi anda bayangkan sendiri..!, mungkin uang tidaklah ada artinya lagi, bayangkan jika didunia ini semuanya adalah orang miskin, bayangkan jika hanya malam terjadi, bayangkan jika hanya siang yang selalu terjadi, bayangkanlah…maka kita akan menemukan bahwa didunia terdapat dua sisi keseimbangan, dimana mereka saling melengkapi, ada laki-laki dan wanita, ada siang dan malam, ada daratan dan lautan, ada baik dan buruk, ada miskin dan kaya. Ada langit dan bumi. Kemudian apa lagi yang mesti dilakukan, dibawah ini ada beberapa poin yang mungkin dapat membantu mengikis virus ini sampai ke akar-akarnya :

· Terimalah keadaan diri kita, entah fisik, harta, orang tua, jabatan, bagaimanapun keadaan kita saat ini, pada prinsipnya Tuhan tidak melihat semua itu, karena manusia yang paling mulia di Mata Tuhan adalah manusia yang paling bertakwa.

· Harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, ketampanan/kecantikan, bukanlah jaminan bahwa kita akan bahagia, karena kebahagian itu bukan dari benda, tapi kebahagian itu ada dalam hari kita. Bukankah Tuhan yang meniupkan rasa bahagia, bersyukurlah selalu. Sering kali kita mendapatkan orang yang berlebih harta, jabatan, malah membuat dirinya terpuruk dalam kesengsaraan.

· Ketika minder itu muncul, keluhan itu datang, meratapi nasib yang buruk, fisik yang tak sempurna, tapi renungkanlah kembali, Mata untuk melihat, Telinga yang kita mendengar seruan/panggilan, kalamullah, Mulut, Hati dimana kita merasakan kasih sayang, cinta, Kaki dimana kita sanggup untuk berjalan, Tangan, dan udara yang begitu nikmat terhirup dengan bebas. Jikalau kita menghitung nikmat Tuhan, niscaya kita tidak akan sanggup menghitungnya, sekalipun seluruh pohon didunia ini kita jadikan pena dan lautan kita jadikan tinta, takkan pernah dapat menulis nikmat Tuhan.

· Lepaskan lah dunia dari hatimu, dan biarlah dunia tergenggam dalam tangan mu, karena ketika dunia tidak mendekat tak ada risau dihati, ketika dunia tergenggam mudah untuk melepaskan (memberi), dan letakkan akhirat dihatimu.

· “pakaian nan indah nan sejati adalah iman, harta yang berharga adalah akhlak yang baik, jabatan yang paling mulia adalah taqwa.”

No comments: