Wednesday, January 28, 2009

10 Racun Psikologi

Racun pertama : Menghindar
Gejalanya, lari dari kenyataan, mengabaikan tanggung jawab, padahal dengan melarikan diri dari kenyataan kita hanya akan mendapatkan kebahagiaan semu yang berlangsung sesaat.
Antibodinya : Realitas
Cara : Berhentilah menipu diri. Jangan terlalu serius dalam menghadapi masalah karena rumah sakit jiwa sudah dipenuhi pasien yang selalu mengikuti kesedihannya dan merasa lingkungannya menjadi sumber frustasi. Jadi, selesaikan setiap masalah yang dihadapi secara tuntas dan yakinilah bahwa segala sesuatu yang terbaik selalu harus diupayakan dengan keras.

Racun kedua : Ketakutan
Gejalanya, tidak yakin diri, tegang, cemas yang antara lain bisa disebabkan kesulitan keuangan, konflik perkimpoian, problem seksual, dll...
Antibodinya : Keberanian
Cara : Hindari menjadi sosok yang bergantung pada kecemasan. Ingatlah 99 persen hal yang kita cemaskan tidak pernah terjadi. Keberanian adalah pertahanan diri paling ampuh. Gunakan analisis intelektual dan carilah solusi masalah melalui sikap mental yang benar. Keberanian merupakan proses reedukasi. Jadi, jangan segan mencari bantuan dari ahlinya, seperti psikiater atau psikolog.


Racun ketiga : Egoistis
Nyinyir, materialistis, agresif, lebih suka meminta daripada memberi.
Antibodinya : Bersikap sosial
Cara : Jangan mengeksploitasi teman. Kebahagiaan akan diperoleh apabila kita dapat menolong orang lain. Perlu diketahui, orang yang tidak mengharapkan apapun dari orang lain adalah orang yang tidak pernah merasa dikecewakan.

Racun keempat : Stagnasi
Gejalanya berhenti satu fase, membuat diri kita merasa jenuh, bosan, dan tidak bahagia.
Antibodinya : Ambisi
Cara : Teruslah berkembang, artinya kita terus berambisi di masa depan kita. Kita kan menemukan kebahagiaan dalam gairah saat meraih ambisi kita tersebut.

Racun kelima : Rasa rendah diri
Gejala : Kehilangan keyakinan diri dan kepercayaan diri serta merasa tidak memiliki kemampuan bersaing.
Antibodinya : Keyakinan diri
Cara : Seseorang tidak akan menang bila sebelum berperang, yakin dirinya akan kalah. Bila kita yakin akan kemampuan kita, sebenarnya kita sudah mendapatkan separuh dari target yang ingin kita raih.. Jadi, sukses berawal pada saat kita yakin bahwa kita mampu mencapainya.

Racun keenam : Narsistik
Gejala : Kompleks superioritas, terlampau sombong, kebanggaan diri palsu.
Antibodinya : Rendah hati
Cara : Orang yang sombong akan dengan mudah kehilangan teman, karena tanpa kehadiran teman, kita tidak akan bahagia. Hindari sikap sok tahu. Dengan rendah hati, kita akan dengan sendirinya mau mendengar orang lain sehingga peluang 50 persen sukses sudah kita raih.

Racun ketujuh : Mengasihani diri
Gejala : Kebiasaan menarik perhatian, suasana yang dominan, murung, menghunjam diri, merasa menjadi orang termalang di dunia.
Antibodinya : Sublimasi
Cara : Jangan membuat diri menjadi neurotik, terpaku pada diri sendiri. Lupakan masalah diri dan hindari untuk berperilaku sentimentil dan terobsesi terhadap ketergantungan kepada orang lain..

Racun kedelapan : Sikap bermalas-malasan
Gejala : Apatis, jenuh berlanjut, melamun, dan menghabiskan waktu dengan cara tidak produktif, merasa kesepian.
Antibodinya : Kerja
Cara : Buatlah diri kita untuk selalu mengikuti jadwal kerja yang sudah kita rencanakan sebelumnya dengan cara aktif bekerja. Hindari kecenderungan untuk membuat keberadaaan kita menjadi tidak berarti dan mengeluh tanpa henti.

Racun kesembilan : Sikap tidak toleran
Gejala : Pikiran picik, kebencian rasial yang picik, angkuh, antagonisme terhadap agama tertentu, prasangka religius.
Antibodinya : Kontrol diri
Cara : Tenangkan emosi kita melalui seni mengontrol diri. Amati mereka secara intelektual. Tingkatkan kadar toleransi kita. Ingat bahwa dunia diciptakan dan tercipta dari keberagaman kultur dan agama.

Racun kesepuluh : Kebencian
Gejala : Keinginan balas dendam, kejam, bengis.
Antibodinya : Cinta kasih
Cara : Hilangkan rasa benci. Belajar memaafkan dan melupakan.. Kebencian merupakan salah satu emosi negatif yang menjadi dasar dari rasa ketidakbahagiaan. Orang yang memiliki rasa benci biasanya juga membenci dirinya sendiri karena membenci orang lain. Satu-satunya yang dapat melenyapkan rasa benci adalah cinta. Cinta kasih merupakan kekuatan hakiki yang dapat dimiliki setiap orang.

Ketika kita sedang mengalami rasa depresi dan tidak bahagia, gunakan cara diatas sebagai sarana pertolongan pertama dalam kondisi mental gawat darurat demi terhindardari ketidakbahagiaan berlanjut pada masa mendatang !!!

sumber:http://www.calonakhwat.blogspot.com/


Baca Selengkapnya »»

Musuh Dalam Selimut itu bernama ROKOK !

Sedikit berbagi pengalaman bagaimana perjuangan ku keluar dari sebuah candu yang memang sulit untuk di lepaskan, yup…sebatang rokok bagai teman bahkan sahabat yang mengiringi kehidupan masa lalu ku. Berawal dari coba-coba, karena saat itu lingkungan pertemanan berkubang pada trend merokok, dimana bocah-bocah pelajar yang bila tidak pandai menggenggam dan mengisap sebatang rokok dicap bagai seorang banci. Sebuah paradigma kerdil yang tercuat dalam tongkrongan bocah-bocah berseragam.

Coba-coba yang kemudian berlanjut menjadi sebuah candu, diawal terjerumus dalam dunia rokok, prinsip awal yang ku genggam adalah aku akan merokok apabila aku ditawari (read : rokok gratisan), tapi lama kelamaan virus-virus yang menempel pada sebatang rokok mulai menggerayapi diriku, virus-virus tersebut seolah-olah menarik diriku pada sebuah keadaan dimana “tak ada kamu (rokok) aku sepi”, sebatang perlahan berubah menjadi bilangan batang yang bertambah, akhirnya virus-virus tersebut mulai menguasai diriku, hari-hari ku mulai di temani dengan genggaman sebatang kepulan asap, yang terkadang aku sendiri tidak mengerti padahal rokok tak memiliki rasa layaknya permen yang beraneka rasa………


Mungkin inilah yang dinamakan candu, terutama candu itu begitu terasa pada berbagai kejadian, ketika selesai makan, rasanya virus-virus rokok bekerja begitu giat, merangsang diriku untuk memberikan asupan baru sebatang bahkan lebih rokok, terkadang aku berprinsip tanpa rokok luapan perkataan dari mulutku sulit keluar ketika menghadapi lawan bicara, ketika dalam arena begadang, ketika dalam kesunyian sebatang rokok bagai teman sejati yang tahu kapan harus berbagi dan mengisi.

Tetapi, ternyata Ia(Rokok) pembual besar, ternyata rokok seorang musuh dalam selimut yang menyamar sebagai seorang sahabat, ternyata ia memiliki misi-misi yang menghancurkan hamper sebagaian organ tubuh kita, perlahan tapi pasti ia menggerogoti paru-paru kita, jantung, bahkan menurut informasi yang ku peroleh, sebatang rokok mengurangi sekian menit or detik umur kita, bahkan hal yang paling lucu, perusahaan pembuat rokok mengiklankan dampak-dampak buruk dari rokok, tapi tetap menjual dengan produksi yang semakin meningkat. Mengapa, aku begitu bodoh dan mudah dibodohi, jelas-jelas rokok itu berbahaya, tapi “nafsu” mengalahkan segalanya.

Sadar ku mulai tumbuh bahwa rokok adalah musuh dalam selimut, ketika gejala-gejala batuk berujung kepada penyakit paru-paru akibat rokok mengenai diriku, akhirnya aku pun harus berobat rutin, mulai saat itu aku sadar, dengan “niat dan tekad” yang kuat, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa, aku harus berhenti merokok, tapi gak sampai disitu saja, harus ada tindakan nyata yang harus (bukan hanya ingin) dilakukan, perlahan memang sulit, tapi insyaAllah dengan modal keinginan dan tekad yang kuat, rintangan, godaan kembali untuk merokok, dapat kita atasi.

Alhamdulillah, sudah kurang lebih 3 tahun aku berhenti merokok, bahkan sekarang sedikit pun gak ada rasa ingin mencoba sekalipun, percayalah setelah berhenti merokok ada sebauah kebahagian tersendiri, dan ternyata hidup tanpa rokok jauh lebih indah.
Gak Nge-Rokok So What !

Baca Selengkapnya »»

Sunday, January 25, 2009

Menyikapi kegagalan

Tugas Akhir, buat sebagian mahasiswa mungkin dianggap sebagai tantangan dan ujian
terakhir sebagai wadah pembuktian diri sebagai seorang intelek muda yang nantinya layak menyandang gelar sebagai seorang sarjana, walaupun Tugas Akhir bukan ukuran pasti menjamin menjadikan mahasiswa calon sarjana sebagai sarjana yang produktif dengan kualitas bidang keilmuaan nya yang baik. Tetapi melalui Tugas Akhir yang dilakukan dengan penelitian yang real (read : bukan plagiat atau copy/paste or copy/paste but edit dikit) dapat dijadikan sedikit landasan bahwa mahasiswa tersebut layak dinobatkan
sebagai seorang sarjana. Tapi mungkin buat sebagian mahasiswa lainnya, Tugas akhir
bak sebuah beban berat, bak sebuah penghalang yang membentengi mahasiswa untuk mengenakan sebuah pakain kehormatan (Toga), dan secarik kertas yang berharga(ijazah) yang ditempuh dengan 3.5, 4, 5, 6 tahun bahkan lebih dari itu. But..secara pastinya
Tugas Akhir itu dianggap seperti apa, tergantung mahasiswa tersebut menganggap Tugas akhir itu apa.

Awal gw punya cerita, gw dah niat jauh-jauh hari sekitar semester 7 dan 8, gw punya
target awal tugas akhir harus di ambil dan di selesaiin di semester 9. Gak lupa rencana
baik ini gw informasikan ke orang tua, dan respon mereka pun bagus, dan mendukung gw
dengan sangat. Karena mereka pengen lihat gw lulus dan kerja, like my brother.

Akhirnya tepat di semester 9, dengan tekad bulat but tanpa konsep rencana yang jelas, gw beranikan diri ngambil mata kuliah tugas akhir. Tetapi apa boleh buat sekarang pra sidang dah berlangsung, but sampai detik ini gw belum dapat masalah yang benar-benar masalah, bukan masalah yang diada-adain buat diangkat jadi tugas akhir. Akhirnya dengan berat hati gw harus rela semester ini gw harus mundur skripsi.

Sedih yang bukan main, karena banyak pihak yang kecewa, terutama kedua orang tua gw, dan diri gw sendiri, karena gw kecewa, gw gak berusaha dengan sungguh-sungguh, gw gak komitmen dengan tujuan, gak profesial dan proporsional dalam menempatkan diri.

Berat..berat, buat cerita ke orang tua, walaupun orang tua sudah ikhlas kalau gw mundur, cuma perasaan bersalah ini sampai detik ini masih hinggap dalam diri gw.

Ama dan Apa "i'm Sorry"

Apa yang harus gw lakuin ?
Menerima bahwa gw mundur, dan ikhlas bahwa mungkin kegagalan gw kali ini, sebuah pesan peringatan buat gw, kegagalan kali ini pelajaran buat gw bahwa terkadang kita harus ikhlas dengan apa yang menimpa kita,sekalipun sebuah kedukaan, di balik itu kita harus yakin bahwa dibalik kegagalan, sekalipun sering kali terulang pasti tersimpan sepercik keberhasilan.

Baca Selengkapnya »»