Wednesday, July 2, 2008

RITME BARU UNTUK SEBUAH KEPEMIMPINAN

Waktu…….!! yang terkadang terasa sangat lama kita lalui dan terkadang terasa begitu lambat untuk berlalu, itulah satu hukum didunia ini bahwa waktu adalah relatif, karena setiap insan manusia akan merasakan perjalanan waktu ini dengan beragam persepsi dan beragam keadaan. Pernahkah kita mendapatkan ketika salah seorang teman berkata bahwa waktu yang dia alami hari ini atau hari yang telah berlalu terasa begitu lama, pagi menghampar terasa lama menjelang siang, siang berterik terasa jenuh menunggu kesejukan nan senja, senja nan redup mendayu-dayu terasa hampa menunggu gelap. Tetapi di sisi lain terdapat sebagian manusia lagi yang merasa bahwa waktu nya terasa berjalan menghampiri dan menyapa setiap relung kehidupannya begitu cepat dan terasa singkat. Sedikit berbeda dengan sisi relatif : waktu terasa lama , terkadang insan ini akan merasa dan berkata rasanya baru kemarin ia dipangkuan ibu, dibimbing nya berjalan, disuapinya dengan cinta dan kasih, diajarkannya cinta, dibelai nya dengan sebuah pembentukan kehidupan, pengajaran arti sebuah kasih sayang yang tak hanya sebuah kata manis dari mulut yang terkadang berbohong terhadap hati tetapi wujud nyata yang tak tersentuh dengan kemunafikan. Inilah hidup….hidup adalah sebuah perjalanan panjang didunia namun ternyata terkadang terasa singkat bagi jiwa-jiwa yang sibuk dengan penemuan jati diri, pencarian asal, penemuan jalan kembali kepada sebuah jalan yang membawa insan menuju kehidupan yang kekal.

“PEMILU HIMAKA” pemilihan calon pemimpin baru yang akan menduduki kursi Ketua dan Wakil Ketua pun telah dilalui, sedikit melihat mundur kebelakang bagaimana gerakan-gerakan kampanye yang digencarkan oleh kedua tim sukses, melalui mading-mading kampus dimana terpajang dalam sebuah kertas yang tertempel di setiap dinding menggambarkan senyum nan terkurai menyimpan sejuta mimpi demi sebuah perbaikan kearah kebaikan, pemberitaan hangat yang tersebar dari setiap mulut yang mempunyai kepedulian terhadap majunya Himpunan Mahasiswa Informatika, seolah mewarnai maraknya prosesi menjelang detik-detik pengumpulan suara demokrasi. Berbagai suara pun muncul di sela-sela berjalannya waktu menuju pemilihan, suatu realita kehidupan yang tak dapat dibantah bahwa dunia ini akan selalu ada dua kutub yang akan selalu berdampingan, bahwa pro dan kontra tak dapat di hindarkan, karena tidak pemaksaan untuk sebuah persetujuan dan tidak ada pembuangan terhadap sebuah penentangan. Kehidupan inilah yang mengajarkan kita hidup, manusia yang berdampingan dengan kita lah yang mewarnai kehidupan kita.
Part II
Bayangkan jikalau anda hidup didunia nan luas ini hanya hidup seorang diri walau semua bentuk kesenangan, kekayaan, kenikmatan berada tepat di depan pelopak mata anda, dapat dipastikan hanya menunggu waktu… anda hanya akan menjadi seonggok daging yang tak bernyawa lagi. Sebenarnya perbedaan itu adalah sebuah rahmat Tuhan, ketika perbedaan bukan menjadi jurang pemisah, tetapi ketika perbedaan menjadi sebuah harga penghormatan terhadap insan lainnya. Karena berbeda bukan berarti kita harus bentrok, dan sama bukan berarti kita hanya mengekor dan mengikut tanpa landasan yang kita pahami. Akhirnya semua prosesi itu pun terlalui menuju puncak dari semua ritme perjalanan, hari itu tepatnya Rabu 18-juni-2008, diadakanlah pemilu dimana seluruh mahasiswa yang memiliki hak pilih untuk memilah dan memilih siapa kandidat yang mereka percayai untuk mengemban amanat dan aspirasi melakukan pemilihan disebuah ruangan yang hanya tuhan dan diri kita yang melihat. Beberapa tusukan yang dilayangkan kepada sebuah kertas pemilihan, terhadap calon bukanlah hanya sebuah tusukan untuk melubangi, tapi dibalik tusukan itu tersirat dan tersimpan sebauh harapan demi kemajuan Mahasiswa dan Kampus STT-PLN nantinya. Harapan besar yang diembankan kepada Calon yang terpilih, ingat…mahasiwa dan terutama Tuhan melihat ketika anda mengumandangkan Visi dan Misi, ketika Anda ( Yang Terpilih ) berorasi demi sebuah gebrakan nantinya, Mahasiswa menunggu gerakan real anda nantinya, bukannya menafikkan bahwa tak ada manusia yang sempurna, manusia pasti melakukan kesalahan, memang satu fitrah yang telah dihembuskan kedalam buhul-buhul kita bahwa manusia adalah tempatnya salah, lalai, dan lupa. Tapi semua itu tak berarti manusia tak dapat melakukan perbaikan dan kebaikan, tak berarti manusia harus berdiam diri dirundung dengan penyesalan. Tidaklah dikatakan “salah” ketika kita salah tapi mengakui kesahalahan, tetapi yang “salah” adalah ketika kita memang benar-benar salah tetapi kita tidak mengakui kesalahan dan tetap dengan egoisme diri merasa benar.


No comments: