Wednesday, February 11, 2009

Filosofi Ikhlas

Seperti kita ketahui menurut ajaran agama yang kita yakini dan kita percayai masing-masing, suatu amal ibadah tidak akan diterima oleh Tuhan, ketika amal tersebut dengan niat yang tidak ikhlas, riya karena ingin dipuji, memberi dengan tujuan tersembunyi, atau ada udang dibalik batu begitulah sedikit pepatah mengumandangkan. Oleh sebab itu Ikhlas merupakan tolak ukur diterima atau tidaknya suatu amal ibadah.

Tapi, pertanyaan yang sering muncul dalam benak saya, memang benar diterima atau tidaknya ibadah yang kita lakukan adalah urusan Tuhan dan Ialah yang Maha tahu, tapi bukankah Tuhan selalu menjelaskan dan menggambarkan peristiwa-peristiwa dimana ada sebagian manusia yang memberi tapi dengan menghardik, ibadah dengan bermaksud riya, menyebut-nyebut dengan bangga hati setiap pemberian yang dikeluarkan, merekalah orang-orang yang tidak diterima amal ibadahnya, perbuatan mereka ibarat pasir diatas sebuah kaca, dimana angin meniupkannya dengan kencang, dan terbanglah semua pasir tersebut, dan bersihlah sudah kaca tersebut. Gambaran peristiwa tersebut tak lain mengajarkan kepada kita bahwa ikhlas adalah gerakan keselarasan antara perbuatan dan niat(hati), dan ikhlas butuh sebuah pembelajaran...

Saya jadi teringat kembali sebuah perkataan yang terlontar dari mulut seorang teman saya tentang “filosofi orang bodoh tentang ikhlas”, orang bodoh tersebut mengutarakan “ikhlas itu ibarat kita membuang, maaf…kotoran yang ada didalam perut kita”. Awalnya saya merasa risih dan kurang menerima filosofi yang diutarakan oleh teman saya tersebut, mengapa ? koq ikhlas disamakan dengan kotoran, tapi setelah saya pikir-pikir kembali filosofi tersebut memang ada benarnya juga.


Ketika saya mencoba memikirkan lebih dalam filosofi orang bodoh itu tentang ikhlas, ternyata ada ibrah yang dapat diambil sedikit tentang makna ikhlas, mengapa ?, poin pertama apakah pernah kita menyesali setiap kotoran kita yang terbuang atau sengaja ingin dibuang, sudah dapat dipastikan bahwa tidak ada satu orang pun yang menyesal (kecuali orang yang tidak waras..he2),. Poin kedua ketika kita termasuk diri saya sendiri, ketika membuang kotoran apa yang kita rasakan, lega..yah…lega, perut terasa rileks, (ups.kecuali..orang yang mencret). Pernahkah kita merasa berat hati mengeluarkan kotoran dari perut kita (Kecuali yang kita keluarkan emas..he2) dan kecewa ketika kotoran keluar dari perut kita.

Dan pernahkah kita membicarakan dan mengumbar betapa bangganya kita membuang kotoran, betapa hebatnya karena kita membuang kotoran dengan banyak, jika terjadi seperti itu mungkin orang lain akan menjauhi kita, menganggap kita orang yang kurang waras. Terakhir yang paling penting, ketika kita membuang kotoran sesaat itupun kita melupakannya, he..he…mungkin tidak akan pernah ada orang yang memikirkan bayangan-bayangan indah ketika membuang kotoran, seketika itupun kita pasti melupakannya.

Sekarang, apa maksud dari semua itu, silahkan saya, anda dan kita, telusuri kembali diri kita sejauh mana kita belajar ikhlas, sejauh mana ibadah-ibadah yang kita lakukan, sejauh mana pemberian-pemberian kita. Semua ini tak lain demi peningkatan wujud ibadah kita kepada-Nya.

2 comments:

ahfan said...

lebih dari itu boy,,
anda masih menilai sisi luar tentang ikhlas itu sendiri yang sebenarnya mempunyai makna yang begitu dalam..
kita belajar dari hati dn pengalaman hidup....

Admind said...

Ada benarnya juga...tapi pernah aku berjumpa seorang ulama...beliu mengatakan iklas itu sangat sulit sekali kita lakukan dan kita gambarkan dengan kata2. Intinya hanya hati kita yang tahu...