Tuesday, August 19, 2008

Dikala Taubat Berbuah Manis (3)

Part III

***

Nak…mau kemana…kamu jangan banyak gerak dulu…..kandungan mu sudah semakin besar nak…”, ” saya Cuma mau jalan-jalan sebentar, cari angin Yah…bosan dirumah terus..”, “ya..sudah jangan jauh-jauh….hati-hati kandunganmu dijaga…,Ayah antar yah..”, “gak usah yah….cantika lagi ingin sendiri….”, Ada perasaan tak enak yang mengganjal Ayah pada hari itu, karena ini bukan merupakan kebiasaan Umi,pergi sore hari dengan alasan ingin jalan-jalan, padahal selama mengandung ini Umi tak pernah ingin keluar rumah .”astaghfirullah”, ayah pun beristighfar..karena memikirkan hal negatif yang belum tentu terjadi. Ia hanya berdoa “Ya..Allah aku serahkan puteri ku kepada-Mu, karena Engkaulah sebaik-baik penjaga dan pelindung hambamu, jangan biarkan anakku melakukan perbuatan yang Engkau murkai lagi Ya Rabb“. “Aku..pergi dulu yah….Assalamu’alaikum”, “wa’alaikum salam”. Ternyata dalam hatinya yang dalam Umi telah merencanakan bahwa hari ini ia akan mengakhiri hidupnya. Ia pun berjalan tanpa arah, mengikuti arah angin entah kemana akan membawanya, terik matahari perlahan turun membelokkan bayangan yang sedari tadi tepat berada dibawah tubuh.

Tibalah ia di salah satu pinggir jalan raya, dan ternyata Umi melihat bahwa ada rel kereta api yang berada disisi jalan, dengan niat dan tekad yang bulat ia akan mengakhiri hidupnya hari ini, ternyata dari kejauhan terdengar suara kereta api jurusan Rangkasbitung-TanahAbang, yang akan melintasi rel kereta api itu. “aahh….inilah saatnya aku akan mengakhiri Hidupku, karena tuhan sudah enggan untuk menolongku…”. Ketika suara kereta api sudah mulai dekat, umi berjalan mendekati rel kereta api itu, dan sekarang ia berada tepat dibibir rel kereta api, tekadnya sudah bulat ia akan mengakhiri hidupnya. Dan kereta pun semakin mendekat, tiba-tiba……

***

Seorang pemuda dengan mengenakan kemeja panjang yang digulung setengah, dilengkapi dengan celana jeans dan sepatu ket, menggendong tas, garis wajah yang begitu jelas, terdapat samar-samar titik hitam di keningnya itu, hidung mancung dan mungil untuk ukuran seorang pria ditemani dengan wajah sedikit kelelahan, kulitnya agak gelap, tampak sedang kebingungan, berjalan dengan gelisah, dengan mata yang tertuju ke tanah, seperti seorang yang mencari-cari sesuatu barang yang terjatuh, dan ternyata benar, laki-laki tersebut mencari dompetnya yang terjatuh entah dimana, kejadian itu terjadi ketika pemuda ini, turun dari stasiun kereta Api Palmerah, kemudian ia berjalan di trotoar, hendak menuju jalan layang untuk melanjutkan perjalanannya menaikki sebuah kopaja 88 tujuan kalideres, tetapi ketika ia akan menaikki kopaja, dan ketika duduk, ia merasakan ada sesuatu yang rasanya janggal, pemuda itu pun terkejut, ternyata dompetnya hilang….”innalillahi..”..ucap pemuda tersebut, ia pun langsung meloncat dari kopaja itu, dan berlari kembali kearah stasiun, sambil menerka-nerka dimana kira-kira dompetnya terjatuh….. ,

Tiba-tiba pemuda ini tersentak…”astaghfirullah”, ia melihat seorang gadis muda tetapi telah berbadan dua, berdiri tepat dipinggir bibir rel kereta api, dan hendak melangkahkan kakinya menuju tengah rel kereta api itu, sedangkan kereta api sudah tak jauh lagi berada didepan gadis berbadan dua itu, tanpa pikir panjang, pemuda itu pun langsung berlari tunggang langgang begitu cepat, dengan begitu cepat ia menarik wanita hamil itu ke bibir rel, dan kereta api pun, berlalu dengan hanya meninggalkan abu dan angin yang bertiup, sambil menangis histeris dan mendorong pemuda itu, wanita hamil itu tak lain adalah Umi berkata “kenapa..kamu menolong diriku..”..dan kemudian ia memukul-mukul dada pemuda tersebut “kenapa…..kenapa..kenapa..kau menyelamatkan ku…dan membuat diriku akan menderita lagi…kenapa..Tuhan tak adil kepada diriku..kenapa tuhan tak mengampuniku….kenapa”, pemuda itu pun hanya diam terpaku, ia tak mengerti apa yang terjadi dengan wanita muda yang berbadan dua ini, Umipun terjatuh dan tak sadarkan diri, kemudian pemuda ini berlari kearah kerumunan orang dan meminta bantuan untuk membawa wanita hamil itu, kemudian datanglah berduyun-duyun orang yang hendak menolong, dan diantara kumpulan orang itu ada seorang yang berketus dengan berkata “tega….kandungan udah segede itu…masih aja di ajak bepergian…dasar suami tak tahu diri…”, perkataan seorang Ibu tua itu, terdengar oleh si pemuda tersebut….ketika pemuda tersebut hendak menyangkal bahwa wanita hamil ini bukan istrinya…”Hai…pak…angkat dong..istrinya…”,”ini istri kamu kan”, dengan kebingungan akhirnya ia asal menjawab saja “i..ii..iya…”.

***

Sebuah infus tergantung disisi si Wanita hamil itu (Umi), dan sebuah selang panjang melingkar diantara besi penyangga dan terlekat sebuah jarum yang terekat pada tangan yang putih dan mulus, tapi tampak tak terawat. Umi pun sadarkan diri, dan Umi kaget ternyata pemuda yang menyelamatkannya tadi, masih berada dihadapannya, duduk sambil wajah menghadap keluar jendela didalam ruangan rumah sakit Rs. Cengkareng. Melihat Umi telah sadar, pemuda itu menghampiri umi, dan menyapa “assalamu’alaikum..”, umi hanya terdiam terpaku…”bagaimana..keadaan ibu..sudah baikan…”, Umi pun kembali terdiam, sedikitpun tak tergubris bibirnya untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu. Seorang suster pun datang menghampiri mereka berdua, dan berkata, “gimana..bu….sudah baikan..”, umi pun hanya mengangguk, “maaf…bapak ini suaminya kan….tolong pendaftarannya diisi terlebih dahulu ya pak…ruangan depan..”, Pemuda itu pun kembali terdiam, ia bingung harus mengatakan apa, tampak wajah kikuk dari dirinya dan berkata “tapi….”, “maaf pak….sebaiknya bapak..segera mendaftar terlebih dahulu..”…”ohhh….iya—iya, suster”. Pemuda itu pun berjalan meninggalkan ruangan itu dan melangkah kearah depan, ia bingung, sudah disangka suami wanita hamil itu, ditambah lagi ia tidak ada uang sepeser pun karena dompetnya hilang, tadi pun sewaktu membawa wanita hamil itu, ada seorang bapak berbaik hati membayar ongkos taksi, “aduuhhh….kesiapa neh….gw minta tolong..”, lama ia berfikir,”ah….iya..Fatimah….dia kan rumahnya deket sekitar rumah sakit ini..”, Lalu pemuda itu pun mengambil handphone dari sakunya dan menekan nama “Ukhti Fath” pada nomor kontak di Hpnya, Fatimah adalah seorang gadis cantik berkerudung, Fatimah adalah seorang mahasiswa yang cerdas jurusan psikologi di Univeristas Indonesia, seorang yang pandai sekali berkomunikasi, sering menjadi pembicara dalam acara-acara baik yang diadakan di Kampus maupun dilingkungan kampus lain seperti STT-PLN, STT-Telkom, dan kampus-kampus terkenal lainnya, ia adalah teman satu kampus pemuda itu, tetapi Pemuda itu berbeda jurusan, pemuda itu mengambil jurusan “Teknik Informatika” dan sedang mengerjakan tugas akhirnya, Fatimah adalah rekan satu perjuangannya di BEM UI, mereka berdua adalah satu team yang solid karena berada dalam Departemen yang sama, yaitu tentang peningkatan potensi Mahasiswa, dimana Pemuda itu yang bernama Raihan duduk menjabat sebagai KaDept.

Teman-teman kampusnya sering, menggoda mereka berdua, karena mereka selalu bersama, dan mereka berdua terkenal sebagai sebuah team yang solid, dimana ada Fatimah disitu pasti ada Raihan, dan ternyata Fatimah pun simpatik kepada sikap Raihan dalam menjalankan Agama, tetapi mereka berdua tetap menjaga hijab dengan baik, dan Raihan pun selalu berusaha menahan pandangan terhadap Fatimah karena ia adalah seorang pemuda yang memegang teguh tali agama Allah, karena kedekatan mereka tidak lebih dari sebagai rekan kerja, sahabat, dan teman seperjuangan. Sehingga sering sekali suara-suara samar berupa gossip, selalu merebak ketika membicarakan mereka berdua. “Assalamu’alaikum”, ucap pemuda itu(raihan), “wa’alaikum salam”, jawab Fatimah, “Ada…apa neh..tumben antum nelpon..ana..”, “ukhti…ane minta tolong banget…..bisa gak ukhti ke rumah sakit cengkareng sekarang…ane perlu bantuan neh…”, “afwan..memangnya ada apa, antum masuk rumah sakit..”, “ukhti..kesini aje dulu, entar ane ceritain deh….pulsa ane dah sekarat neh..”, “ok..ok…tunggu 10 or 15 menit lagi..”. Fatimah pun bergegas setelah berganti pakaian dengan kerudung warna hijau tua nan tergerai menutupi sebagian tubuhnya, dengan baju gamis yang serasi dengan warna kerudungnya itu, tampak cantik dan anggun.

***

Ketika sesampainya dirumah sakit, Raihan pun menceritakan semua apa yang terjadi pada dirinya kepada Fatimah. Kemudian Fatimah pun “tersenyum…”, “malah senyum, bukannya tolongin ane…”, “iya..iya…kita bayar aja dulu uang pendaftarannya..”, Fatimah pun kembali tersenyum..setelah membaca data-data yang dimasukkan, bahwa Raihan adalah suami Wanita hamil bernama Cantika…”hi..hi..”, “udah..buruan…, habis itu, ukhti anter ane jenguk wanita itu, siapa tahu sama ukhti ibu itu mau cerita masalahnya..”, “sabar ya….Pak”, jawab Fatimah dengan niat meledek Raihan yang tampak sedikit linglung.

Kemudian Raihan dan Fatimah pun memasukki ruangan dimana Umi terbaring lusu dengan kekosongan yang terangkai dalam raut wajah, “assalamu’alaikum”, sapa Raihan dan Fatimah, karena melihat seorang wanita, Umipun menjawab “wa’alaikum salam”, Fatimah pun kemudian menghampiri umi, dan Raihan hanya menepi ke arah jendela memperhatikan dari jauh, “maaf..sebelumnya..saya harus panggil apa ya..kalo panggil Ibu kayaknya kurang pantas karena masih terlihat muda, kalo panggil mbak sudah berbadan dua..”, umi pun tersenyum “terserah..mbak saja..”, “ya udah..berarti saya panggil mbak saja ya…bagaimana keadaan Mbak..”, “Alhamdulillah…agak baikan”, “tadi..teman saya yang berdiri disana itu..telah menceritakan semua kejadian sewaktu tadi, maaf mbak bukannya saya ingin ikut campur urusan pribadi mbak..jikalau saya berkenan untuk mengetahui..sebenarnya apa yang terjadi sama mbak, siapa tahu saya yang bodoh ini dapat membantu masalah mbak..” umipun menangis, dan menatap langit..langit ruangan itu, dengan mengusap rambut Umi, Fatimah pun berkata “maafkan saya mbak, jika pertanyaan saya membuat mbak bertambah sedih dan menangis….mbak gak usah memaksakan untuk menjawab pertanyaan saya ini…tenangkan saja dulu diri mbak..”, “tidak..tidak..saya tidak akan pernah tenang..jika saya masih ada didunia ini.”, “kenapa mabak berkata seperti itu..”, Umipun kembali menangis, dan berkata “Allah…tidak adil kepada saya, saya memang salah, saya memang pelacur, saya memang terlaknat, tetapi saya telah bertobat, saya habiskan hari-hari dengan menangis, dan memohon ampunan, bersujud, tetapi Allah tak mengampuni saya, Allah mengabaikan saya, Allah tak memperdulikan saya..”, Fatimah pun mengajukan pertanyaan kembali “Apa yang tidak Allah kabulkan terhadap permohonan mbak, sehingga mbak berprasangka buruk Kepada Allah..”, “saya hanya meminta..Allah mendatangkan seorang suami bagi janin yang saya kandung ini, saya tidak ingin anak ini nantinya tidak memiliki seorang Ayah…walaupun hanya sebentar..”, “bagaimana semua ini awalnya terjadi..”, umipun menceritakan semua yang terjadi dengan sedetail-detailnya kepada Fatimah. Setelah Fatimah mendengar semua yang diceritakan oleh Umi, Fatimah pun menangis, dan ternyata di sudut sana Raihan pun menangis, walaupun ia membalikkan tubuhnya kearah luar, agar tangisannya tak diketahui.

Tiba-tiba ditengah kehiningan suasana, dimana Fatimah tak bisa berkata-kata apa lagi, Fatimah hanya mengusap cucuran air mata yang mengalir dari matanya, Umi pun hanya terpaku dalam keheningan sesaat ruangan itu setelah Umi menceritakan semua kejadiannya. Dengan sambil menangis yang tertahan, Raihan berkata “tidak, mbak bukanlah pelacur, mbak bukanlah pendusta, mbak bukanlah pendosa, mbak bukanlah wanita busuk, tapi mbak hanya seorang wanita yang lupa, lupa tujuan hidup didunia ini, lupa dari mana mbak berasal, lupa akan kemana mbak setelah dari dunia ini, mbak adalah salah satu wanita korban keadaan dan lingkungan, karena tidak diperkenalkannya mbak dengan Sang Khalik oleh kedua orang tua mbak, karena lingkungan pergaulan mbak dimana setan senang berkerumun didalamnya, tapi mbak adalah wanita mulia di mata saya, karena mbak adalah salah satu wanita yang berhasil keluar dari lubang kemaksiatan, walaupun badan mbak telah menjadi dua, tapi mbak tidaklah kalah, mbak adalah pemenang, mbak adalah pemenang hidangan hidayah Allah, karena betapa banyaknya manusia yang tidak memperoleh hidayah-Nya, karena hidayah-Nya tak dapat dibeli dan dibayar sekalipun seluruh alam raya ini sebagai pembayarnya, bergembiralah mbak, mbak telah kembali, Allah tersenyum kepada mbak, Yakinlah mbak bahwa jikalau mbak bertobat dengan sungguh-sungguh, Allah akan mengampuni, karena ia telah berjanji, walaupun seluas alam semesta ini dosa-dosa kita, tapi ampunan Allah lebih luas lagi dari alam semesta, Bangkitlah mbak, ini adalah rangkain dari kehendak Allah, karena Allah sedang menguji mbak, Allah ingin mengetahui apakah mbak benar-benar bertobat, benar-benar menyesal…, jangan lah sampai mbak menjadi manusia yang kalah..” dan Umi pun menangis, terisak-isak, ia teringat kembali masa-masa sekolahnya, dan ia menyesal, sakit sekali rasa hatinya, sakit karena betapa banyaknya dosa-dosa yang telah ia lakukan, betapa besarnya dosa zinah yang telah ia lakukan,hati nya menjerit, jiwa nya terguncang, hatinya berkata “Ya..Allah aku bertobat.., bimbinglah aku kembali , kembali menuju jalan-Mu nan lurus”.

****

Umipun tersentak….ketika sebuah tangan datang menghampiri wajahnya, dan mengusap air matanya dan berkata “umi..kenapa umi menangis.dan kenapa umi belum tidur.”, dan ternyata Abi terbangun dari tidurnya, dan sesaat pun hilang kembali masa lalu umi tertimbun oleh sentuhan seorang suami nan begitu penyabar, penyayang, dan sangat lembut hatinya. “umi..teringat masa lalu umi kembali..Abi, bolehkah umi mengecup kening Abi, dan memeluk Abi dengan erat… ”, Abi pun kemudian berkata “Umi…tak ada manusia yang sempurna kecuali Nabi didunia ini, setiap manusia adalah tempatnya salah, setiap manusia pasti pernah berbuat dosa, dan masa lalu yang buruk bukanlah akhir dari hidup ini, masa lalu bukanlah akhir dari perhitungan Allah, pernahkah umi mendengar hadits, seorang pelacur, dengan hanya memberi minum anjing, ternyata ia memperoleh predikat khusnul khotimah, bukankah akhir lebih baik daripada awal, buat abi umi adalah wanita mulia, istri nan sholehah, umi adalah umi hari ini, umi bukanlah umi di masa lalu, dan bukan umi dimasa yang akan datang, melangkahlah terus umi, perjalanan kita masih jauh kedepan, masih banyak bekal yang harus kita siapkan….tinggalkanlah masa lalu…”. Dan umipun kembali memeluk erat Abi. Dan Abi berkata “mari umi…. kita sholat tahajud berjamaah”, selesai sholat tahajjud, Abi mencium kening Umi, dan berkata “mulialah engkau wahai wanita sholehah.., jadilah engkau bidadari surga kelak nanti”.

Umi dan Abi pun melirik ke sudut kamar, tampak terpajang dalam sebuah bingkai nan indah, sebuah lukisan karya bidadari mungil tertuliskan karya :aisyah, dimana terdapat tiga insan manusia dengan senyum bahagia seorang Pria diberi nama Raihan Ayahku dan ditengah tampak menggenggam kedua tangan Ayah dan IBunya ditulis Aku Aisyah binti Raihan dan sisi satunya lagi tampak seorang wanita cantik berkerudung tertulis begitu natural bernama Cantika ibuku.

*****

Malam pun semakin larut dan sunyi, bulan semakin malu untuk melirik, bintang sejenak tersipu memerhatikan sebuah kekuatan cinta, cinta yang ditiupkan Tuhan Sang Maha Cinta. Langit pun tenggelam dalam larutnya kehebatan cinta yang sejati, buah manis dari sebuah taubat nasuha.

~Terima kasih ~

No comments: