Tuesday, August 19, 2008

Dikala Taubat Berbuah Manis (2)

Part II
***
Abi pun tertidur, tetapi ternyata Umi belum memejamkan matanya, tanpa disadari pikirannya mengajak ia untuk terbang kembali mengitari relung kehidupan dimasa lalu nya. Umi teringat kembali masa-masa kecil dan masa sekolahnya. Umi adalah anak dari seorang Ayah yang bekerja sebagai Pegawai Negeri dengan golongan yang cukup tinggi, dan Ibunya adalah seorang ibu yang cantik, berperawakan masih seperti seorang gadis walaupun telah mempunyai tiga anak yang keluar rahimnya. Karena keseharian ibunya adalah mengurusi tubuhnya dengan berbagai latihan senam yang diikutinya. Sedangkan Ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu nongkrong dengan teman-temannya di café dengan alasan ada rapat kantor atau pertemuan apalah, yang terkadang terlalu bosan ia mendengarnya. Semasa sekolah umi adalah gadis yang pintar, dan merupakan gadis incaran dan idaman para jejaka muda disekolah itu, karena selain Umi pintar, sewaktu massa SMA, umi juga merupakan gadis tercantik disekolahnya, dengan perawakan semampai, tubuh ramping, rambut lurus nan panjang selalu tergerai, kulit putih nan mulus, dengan garis wajah nan anggun, menggoda setiap laki-laki yang menatapnya. Akhirnya pergelutan jejaka muda di sekolahnya di menangkan oleh seorang jejaka ABG yang tidak terlalu tampan, tetapi ia memiliki ketampanan dari garis keturunan karena ia adalah seorang putera sulung dari seorang pejabat, ditambah dengan kegantengan sebuah mobil sedan, yang sudah di modif abis.
Tak ayal..semua sudut sekolah membicarakan mereka berdua, karena mereka berdua adalah artis-artis sekolah, yang selalu menjadi bahan pembicaran, pergunjingan. Setiap malam minggu pacarnya itu selalu menjemput Umi untuk jalan-jalan dengan mobil yang begitu keren, tampak wajah sombong dari jejaka tersebut karena ia selalu memamerkan pacar barunya itu, didepan teman tongkrongannya yang lain, karena keberhasilannya menaklukkan gadis tercantik disekolahnya itu. Sebelum pulang, tak lupa didalam sebuah mobil sedan, selalu terjadi perbuatan yang tidak seronok dilakukan oleh kedua pasangan itu, pacarnya selalu mencumbui umi,didalam mobil sedan itu. Itulah budaya anak muda sekarang, dimana terjadi kemunduran akhlak, dan imoralitas seiring dengan perkembangan jaman yang dikatakan jaman nan maju dan modern. Dimana sedikit sekali rasa malu yang tertanam dalam diri masing-masing muda-mudi jaman sekarang. Seharusnya menjadi perhatian penuh bagi orang tua, pemerintah, karena dengan semakin pesatnya pembangunan, seperti mall, supermarket, café, ternyata memiliki dampak yang negatif terhadap perkembangan muda-mudi. Kebebasan berlebihan yang diberikan orang tua, karena dengan argument mengikuti jaman, alih-alih sebenarnya mereka sedang menjerumuskan anak mereka kedalam jurang kemunduran.

***

Peristiwa buruk itu, yang akan selalu menjadi mimpi buruk Umi, adalah ketika nilai kelulusan setelah melakukan UAN, telah muncul kesebuah permukaan madding, Koran, internet, bahwa Ia dan pacarnya beserta dengan teman-temannya, saling sorak sorai merayakan kelulusan dari Sekolah. Corat-coret baju pun menjadi budaya yang mau tidak mau harus diikuti karena itulah yang selalu dilakukan oleh pendahulu-pendahulu mereka. Jalan-jalan dengan baju penuh coret, dengan penuh bangga mereka berjalan, mengabarkan kepada dunia Bahwa “AKU LULUS”.
Untuk menindak lanjuti perayaan kelulusan ini, ada usul dari seorang teman, bagaimana perayaan ini dilanjutkan, dengan pergi kedaerah pantai dan menyewa villa, dan berpesta pora merayakan kelulusan hari ini. Semua jejaka dan gadis pun berteriak dengan lantang “setuju”, tetapi Umi terdiam, apakah ia diijinkan oleh ibunya untuk pergi, bersama teman-temanya dan pacarnya ke daerah pantai untuk merayakan pesta kelulusan ini. Setelah melakukan Tanya jawab dengan kedua orang tuanya, dengan mantap kedua orang tuanya berkata “terserah kamu aja…”, sebelum keberangkatan, tak ada pesan khusus yang dilontarkan dari kedua mulut ayah dan ibunya, mereka Cuma berkata, jangan lupa bawa oleh-oleh ya…” woooww…..begini kah model orang tua dijaman ini, yang begitu mudahnya melepas sebuah mahkota nan belum tersentuh, itu pergi dengan seorang laki-laki yang bukan muhrimnya.
Dengan melambaikan tangan, tanda perpisahan Umi dengan kedua orang tuanya, mereka pun berangkat dengan beberapa rombongan teman yang lain, yang masing-masing membawa kendaraannya sendiri, dengan membawa pasangan masing-masing. Tampak begitu senang, riang, sumringah, wajah setiap jejaka dan gadis yang berangkat pada hari itu, menuju sebuah tempat yang entah apa jadinya nanti. Akhirnya mereka pun telah sampai ke tempat tujuan, tanpa kompromi terlebih dahulu, mereka pun langsung menghamburkan diri, berlari menuju pantai yang telah melambai mengajak mereka untuk mendekat, dengan saling dorong satu sama lain, saling siram. Mereka tertawa sampai, senja pun malu terhadap mereka dan menampakkan dirinya dalam keadaan merona merah.

***

Gelap pun mulai datang merundung sunyi pantai, meninggalkan sore, burung-burung pantai tampak hilir mudik mengitari langit senja itu, pohon kelapa melambai-lambai diterpa angin malam nan mulai terasa. Mereka pun berhenti dari keriangan sore itu, dan berjalan dengan tubuh basah kuyup, menghampiri sebuah villa yang telah dipesan beberapa hari sebelumnya, dengan kedinginan umi dan beberapa teman lainnya, langsung menuju ruangan tengah, dan bergerombol saling dorong kembali diruangan itu, dan tertawa terbahak-bahak. Setelah tubuh kembali hangat dengan beberapa siraman air hangat, semua jejaka dan gadis pun telah selesai berganti kostum pada hari itu, dengan para gadis berkostum seronok, dengan celana yang sangat ketat dan pendek sekali, dan baju tengtop, para jejaka pun telah berganti kostum, padahal udara dingin yang mencengkam, tetapi karena alasan ingin dibilang gaul n seksi, mereka beranikan melawan udara yang tak begitu bersahabat.

***

Mereka menuju kehalaman luar dan duduk beramai-ramai menghadap pantai, setiap gadis menyenderkan dirinya ke sebuah pundak jejaka yang mereka katakan sebagai do’I, yang entah mereka sadar atau tidak, bahwa ada zat yang Maha Melihat apa yang mereka kerjakan, ada malaikat yang mencatat apa yang mereka lakukan saat itu, seorang jejaka pun berlari dari dalam villa, dan berteriak “woiiii..gua bawa petasan neh”, dengan berlari cukup kencang dengan satu dus berisi petasan yang di genggam oleh kedua tangannya, mereka pun asyik dan meloncat-loncat setiap petasan yang menyuarakan letupan dasyat diangkasa.
Ditengah kerumunan keramain malam itu, kekasih umi sang jejaka muda anak dari seorang pejabat ternama, menggenggam tangan umi kala itu, dan berbisik dengan begitu halus, ketelinga umi “yank….kedalem…yuk…diluar dingin, biarin temen-temen yang lain diluar..”, tanpa sedikit pun pemberontakan, sang gadis yaitu umi semasa SMA, dengan rela hati meng-iyakan ajakan seorang jejaka muda pacarnya itu, ketika sesampainya didalam, setan telah merasuki kedua pasangan muda-mudi ini, dengan sangat halus setan meniupkan dan menembakkan panah-panah cupid penuh nafsu bergelora kepada dua insan manusia ini, berawal dari genggaman tangan, kemudian jejaka muda ini mulai mencumbui gadis yang begitu mudahnya memberikan segala perhiasan kepada jejaka bajingan itu, akhirnya dimalam nan sunyi, dibalik teriakan teman-teman yang berada di luar. Mahkota seorang gadis terenggut malam itu, seorang gadis yang harta teragungnya malam itu dengan mudahnya ia serahkan kepada seorang jejaka bajingan, dengan rayuan gombal ulah setan laknatullah. Setelah perbuatan keji itu dkerjakan, sang gadis menangis, sambil menangis ia berkata “yank…kita kan udah “ “, kalo aku hamil…kamu harus tanggung jawab”, suara parau dari seorang gadis yang telah ternodai malam itu, “ya…enggak la yank…kita kan baru sekali melakukannya..masa langsung hamil”, “tapi kalo memang benar hamil nantinya, kamu harus tanggung jawab…”, “iya..aku janji..aku akan bertanggung jawab..aku kan sayang kamu,”, “aku juga sayang sama kamu yank….makanya aku mau menyerahkan semua untukmu..”. Itulah sebuah kebodohan yang sangat teramat sangat, itu bukanlah cinta, itu bukanlah sayang, itu hanyalah sebuah nafsu busuk, dengan dalih cinta, dengan dalih sayang rela memberikan apapun, rela melakukan apapun, tanpa jalinan ikatan nan suci melalui pernikahan yang sakral.
Cinta memang terkadang menjebak, tapi sebenarnya bukan cinta yang menjebak, tetapi kita sebagai pelaku cinta lah yang menjebak cinta, kita memperdayai cinta yang tidak bisa berkata apa-apa ketika kita membohonginya, ketika kita mengatakan tentang nya kepada pasangan kita, hanya demi sebuah tujuan busuk dari seorang pecundang cinta. Cinta tak harus diucapkan, cinta tak pernah ingin berlaku kotor, cinta tak akan melakukan sesuatu sebelum cinta itu syah di mata Tuhan, dan Tuhan ridho dengan cinta yang timbul diantara kedua insan yang dimadu cinta.

***

Namun, inilah sebuah pembuktian, ketika rahim Umi telah terisi oleh kebusukan seorang jejaka muda, ketika sebuah tamparan, pukulan, hinaan, cacian, terlayang kepada dirinya dari kedua orang tuanya. “dasar…anak setan….dasar perempuan lacur….kenapa kau tega berbuat begini kepada ayah dan ibumu..”, dengan tangis yang terguyur ke seluruh permukaan wajahnya, umi mengatakan “iya…aku memang anak setan…aku memang pelacur….tapi kemana Ibu dan Ayah selama ini, pernahkah ibu melarang ku untuk berpacaran, pernahkah Ibu mengajari ku sebagai wanita mulia,ibu hanya sibuk mengurusi tubuh, dan pernahkah ayah membimbingku, ayah hanya sibuk dengan teman-teman wanita ayah…” , “prat….” Sebuah tamparan pun kembali melayang dari tangan dingin seorang Ayah. Umi pun berlari ke dalam kamar dan mengunci rapat-rapat pintu kamar, dan kembali menangis sejadi-jadinya. Diluar Ayah dan Ibu umi hanya terdiam, meratapi nasib anaknya, sesaat mereka tersadar bahwa mereka lah yang bertanggung jawab atas kejadian ini, mereka pun menangis berlinangan air mata, sebuah penyesalan yang sangat karena merekalah yang menjerumuskan puterinya kedalam lubang kemaksiatan.
Mereka pun mengetuk pintu, puterinya yang masih menangis itu, dan Ayah berkata diluar sambil mengetuk pintu kamar umi, “nak..buka pintunya…Ayah dan Ibu ingin bilang sesuatu..”, mendengar suara nan begitu halus dan tulus, seperti tidak biasa, Umi pun membukakan pintu kamarnya dan kembali menutup tubuh dengan bantal, dan dengan terisak-isak menahan tangisan yang terus melanda dirinya itu, Ayah umi pun kemudian mengusap-usap rambut umi saat itu, dan berkata “maafkan…Ayah..nak, mungkin selama ini Ayah tidak mempedulikanmu, Ayah selama ini telah lalai sebagai orang tua, Ayah jarang mengajak dirimu berkomunikasi, dan Maafkan juga ibumu, kami telah lalai nak….kami telah lupa, kami telah gelap mata nak, kami tak pernah mengenalkan mu Agama karena kami sendiri pun jauh dari Agama dan Tuhan….”, Umi pun bertambah keras menangis, matanya tampak begitu bengkak, hatinya hancur, karena dirinya sudah tidak lagi perawan, dan sekarang ada janin yang menempel dirahimmnya…..”naak..apakah kau tidak ingin memaafkan kami….kami memang tidak pantas jadi orang tuamu, kami memang pantas untuk tidak di maafkan…” Ayah dan Ibu Umi pun menangis dengan sejuta rasa sesal dihati …”tidak…..ayah dan Ibu tidak salah, semua ini tidak akan terjadi jikalau Cantika (nama Umi) menolak ajakan lelaki bejat, malam itu..” tak sempat meneruskan cerita, Umi kembali terisak-isak dalam tangis yang begitu luluh dan haru. “nak..apakah jhon(nama kekasih umi ketika masa sekolah) yang melakukan ini semua…”, Umi pun hanya mengangguk. “sial..”sebuah pukulan keras pun dilayangkan Ayah umi,ke dinding kamar umi. “ayah…akan minta ia mempertanggungjawabkan perbuatannya ini….”. Umi pun hanya mengangguk saja.
Tetapi ternyata, satu kenyataan lagi yang harus diterima umi dan keluarga, ternyata pemuda tersebut tidak mengakui perbuatannya dan tidak akan pernah mau bertanggung jawab, dan jejaka tersebut pun telah dikirim oleh kedua orang tuanya, keluar kota karena akan berkuliah disana. Dengan segala kerundungan, ayah….berjalan dengan lusuh….karena tidak adanya bukti, kata kedua orang tua si jejaka brengsek itu, ternyata kedua orang tua pemuda tadi pun berkelip, karena sebenarnya mereka mengetahui perbuatan busuk anaknya itu, sehingga mereka mengirim anaknya keluar kota, begitulah orang Kaya, mereka dapat melakukan apa saja dengan mudah didunia ini, tapi mereka tidak akan pernah bisa lepas dari pengadilan yang sesungguhnya nanti. Dengan segala daya dan upaya yang dilakukan oleh orang tua Umi, tapi tak membuahkan hasil sedikitpun, mereka tetap tidak akan pernah bertanggung jawab.

***

“Menangis…”itulah keseharian umi, setelah dirinya berbadan dua buah hasil hubungan haram dan terlaknat, “penyesalan yang semakin hari semakin melekat dan tak berhenti untuk ingin berlepas dari dirinya. Tapi ada sedikit hikmah dibalik itu semua, Ayah dan Ibu umi, mulai menjalankan perintah agama, dimana mereka telah mulai melakukan sembahyang, mengaji, berdoa kepada Allah, agar memberikan jalan keluar dari semua permasalahan yang dihadapi anaknya. Ayah sudah mulai meninggalkan segala perbuatan sia-sia yang dilakukannya selama ini, Ibu telah mulai menutup aurat, dan meninggalkan segala bentuk senam, Karena Ibu tak sedikitpun lagi memperdulikan lekuk-lekuk tubuhnya. Baginya sholat sudah cukup untuk relaksasi tubuh. Umi pun berfikir “apakah ini hikmah dari semua bencana dan cobaan yang menghampiri keluargaku,” “tapi tidak…!” suara hati negatif umipun berkata “kenapa sampai hari ini, aku tak kunjung mendapatkan seorang pendamping, padahal setiap hari, Ayah dan Ibu ku bersembahyang, berdoa, Tapi Tuhan tak kunjung mengabulkannya”. “oh…Tuhan apakah belum puas kau mengujiku”., akhirnya Umi pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, ia sudah putus asa, ia tak percaya lagi kepada Tuhan, percuma semua ibadah yang ia lakukan setelah bertobat, percuma setiap untaian doa yang keluar dari mulutnya, Allah tak pernah mendengarkan, Allah tak berniat mengabulkan doanya, segala prasangka burukpun terlahir begitu saja tanpa ia sadari, ia menyalahkan Allah, ia menganggap Allah tidak Adil padanya, padahal ia sudah meminta ampun, bersimpuh dengan sejuta tangis di hadapan-Nya, lebih baik ia akhiri hidup nya, agar semua beban dapat terlepas dari dirinya dan dari kedua orang tuanya.

bersambung...

No comments: