Sunday, January 25, 2009

Menyikapi kegagalan

Tugas Akhir, buat sebagian mahasiswa mungkin dianggap sebagai tantangan dan ujian
terakhir sebagai wadah pembuktian diri sebagai seorang intelek muda yang nantinya layak menyandang gelar sebagai seorang sarjana, walaupun Tugas Akhir bukan ukuran pasti menjamin menjadikan mahasiswa calon sarjana sebagai sarjana yang produktif dengan kualitas bidang keilmuaan nya yang baik. Tetapi melalui Tugas Akhir yang dilakukan dengan penelitian yang real (read : bukan plagiat atau copy/paste or copy/paste but edit dikit) dapat dijadikan sedikit landasan bahwa mahasiswa tersebut layak dinobatkan
sebagai seorang sarjana. Tapi mungkin buat sebagian mahasiswa lainnya, Tugas akhir
bak sebuah beban berat, bak sebuah penghalang yang membentengi mahasiswa untuk mengenakan sebuah pakain kehormatan (Toga), dan secarik kertas yang berharga(ijazah) yang ditempuh dengan 3.5, 4, 5, 6 tahun bahkan lebih dari itu. But..secara pastinya
Tugas Akhir itu dianggap seperti apa, tergantung mahasiswa tersebut menganggap Tugas akhir itu apa.

Awal gw punya cerita, gw dah niat jauh-jauh hari sekitar semester 7 dan 8, gw punya
target awal tugas akhir harus di ambil dan di selesaiin di semester 9. Gak lupa rencana
baik ini gw informasikan ke orang tua, dan respon mereka pun bagus, dan mendukung gw
dengan sangat. Karena mereka pengen lihat gw lulus dan kerja, like my brother.

Akhirnya tepat di semester 9, dengan tekad bulat but tanpa konsep rencana yang jelas, gw beranikan diri ngambil mata kuliah tugas akhir. Tetapi apa boleh buat sekarang pra sidang dah berlangsung, but sampai detik ini gw belum dapat masalah yang benar-benar masalah, bukan masalah yang diada-adain buat diangkat jadi tugas akhir. Akhirnya dengan berat hati gw harus rela semester ini gw harus mundur skripsi.

Sedih yang bukan main, karena banyak pihak yang kecewa, terutama kedua orang tua gw, dan diri gw sendiri, karena gw kecewa, gw gak berusaha dengan sungguh-sungguh, gw gak komitmen dengan tujuan, gak profesial dan proporsional dalam menempatkan diri.

Berat..berat, buat cerita ke orang tua, walaupun orang tua sudah ikhlas kalau gw mundur, cuma perasaan bersalah ini sampai detik ini masih hinggap dalam diri gw.

Ama dan Apa "i'm Sorry"

Apa yang harus gw lakuin ?
Menerima bahwa gw mundur, dan ikhlas bahwa mungkin kegagalan gw kali ini, sebuah pesan peringatan buat gw, kegagalan kali ini pelajaran buat gw bahwa terkadang kita harus ikhlas dengan apa yang menimpa kita,sekalipun sebuah kedukaan, di balik itu kita harus yakin bahwa dibalik kegagalan, sekalipun sering kali terulang pasti tersimpan sepercik keberhasilan.

No comments: